Polsek Medan Timur Sumatara Utara Amankan Pria Bawa Sajam

Polsek Medan Timur Sumatara Utara Amankan Pria Bawa Sajam

mascipoldotcom – Ahad, 24 April 2022 (22 Ramadhan 1443 H)

Medan – Polsek Medan Timur mengamankan dua orang laki-laki yang diduga terlibat tawuran di Jalan Sehati Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan Medan Perjuangan, Senin (04/04/2022).

Diketahui identitas kedua orang tersebut adalah Imanuel Hutabarat (21) dan J (14) yang statusnya masih pelajar SMP.

Kapolsek Medan Timur, Kompol Rona Tambunan mengatakan, awalnya pihaknya mendapat informasi dari warga adanya tawuran di Jalan Sehati.

Namun ketika tim dari Polsek Medan Timur datang, para pelaku tawuran membubarkan diri, lari ketakutan.

” Selanjutnya Tim Unit Reskrim dan Kepling melakukan sweeping di seputaran TKP dan ada memberhentikan dua orang laki – laki mengendarai satu unit motor berboncengan,” ucapnya kepada wartawan, Minggu (24/04/2022).

Rona menambahkan, setelah dua orang laki-laki tersebut diberhentikan, pihaknya langsung melakukan penggeledahan terhadap badan dan motor yang dipakai keduanya.

” Ditemukan dari pinggang sebelah kanan Imanuel Hutabarat satu buah pisau dan selanjutnya memeriksa isi Dashboard Sepeda Motor ditemukan satu buah martil,” ucapnya lagi.

Setelah ditemukan barang-barang yang diduga akan digunakan untuk melakukan tawuran, kedua laki-laki tersebut langsung diboyong ke Polsek Medan Timur.

Hal itu dilakukan agar pihaknya dapat melakukan pemeriksaan lebih mendalam terhadap keduanya. (Leodepari)

_____

Renungan

SURAT AL-IKHLAS, SEBANDING DENGAN SEPERTIGA AL-QUR’AN

Disebutkan dalam hadist shahih.

أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ رَجُلًا سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ يُرَدِّدُهَا فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ

Dari Abi Sa’id al-Khudri, bahwasanya ada orang mendengar seseorang membaca “qul huwallahu Ahad”, dan diulang-ulang. Pada keesokan harinya, ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkannya, seakan ia menganggap remeh. Maka Rasulullah bersabda: ”Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, ia sebanding dengan sepertiga Al-Qur`an”. [Shahih Bukhari, no. 5013].

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لِأَصْحَابِهِ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَ الْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وَقَالُوا أَيُّنَا يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُ الْقُرْآنِ

Dari Abi Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada para sahabatnya, ‘Apakah salah seorang dari kalian mampu untuk membaca sepertiga Al-Qur`an dalam satu malam?’ maka hal ini memberatkan mereka, dan (mereka) bertanya: ‘Siapakah di antara kami yang mampu, wahai Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda: ”Allahul-wahidu shamad adalah sepertiga Al-Qur`an”. [Shahih Bukhari no. 5015].

Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,”Maksudnya, ialah, bahwa Al-Qur`an diturunkan menjadi tiga bagian. Sepertiga bagian adalah hukum-hukum, sepertiga berisi janji dan ancaman, dan sepertiga bagiannya terdiri nama dan sifat Allah; dan surat ini mengumpulkan antara nama dan sifat sifat (Allah)”. [Jawab ‘alil-Ilmi wal-Iman, hlm. 113].

Syaikhul-Islam rahimahullah juga berkata: ”Apabila (qul huwallahu Ahad) sebanding dengan sepertiga Al-Qur`an, bukan berarti ia lebih utama dari al-Fatihah; dan tidak pula mencukupkan diri membaca Al-Qur`an dengan membacanya sebanyak tiga kali. Akan tetapi, apabila dibaca (qul huwallahu Ahad) terpisah sebanyak tiga kali atau lebih dari itu, maka pembacanya mendapatkan pahala yang sebanding dengan sepertiga Al-Qur`an, namun perbandingan sesuatu bukanlah dari jenisnya”. [Jawab ‘alil-Ilmi wal-Iman, hlm. 133, 134].

Ketika surat ini dibaca saat meruqyah, didapatkan adanya perbedaan pengaruh yang ditimbulkan, antara satu orang dengan yang lain tidak sama, yang ini berpengaruh dan yang lainnya tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini Syaikhul-Islam berkata: ”Tidaklah (qul huwallahu Ahad) setiap orang bermanfaat untuk setiap orang.” [Jawab ‘alil- ‘Ilmi wal-Iman, hlm. 141].

Syaikh ‘Abdurrazaq menjelaskan,” Sungguh ada perbedaan pengaruh bacaan yang dibaca, walau surat yang dibaca sama, karena adanya pengaruh hati si pembaca dari kejujuran, keikhlasan, penghayatan, keyakinan, harapan dan kekhusyu’an…”.

(Disadur dari Fiqh al-Idiyyah wal-Adzkar, Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdil-Muhsin al-‘Abbad, 1/89- 93).

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 037/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 ]