mascipoldotcom – Senin, 2 Mei 2022 (1 Syawal 1443 H)
Belu – Selain bertugas menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia, Prajurit Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif 743/PSY juga berperan aktif sebagai pengajar di perbatasan Indonesia-Timor Leste guna membentuk karakter generasi muda bangsa.
Seperti yang dilakukan oleh Pos Kotis Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif 743/PSY melaksanakan kegiatan pembinaan melalui perkemahan pramuka yang diikuti oleh 304 Peserta pramuka SMKS Katolik Kusuma Atambua di Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, NTT.
Hal tersebut disampaikan Dansatgas Pamtas RI-RDTL Yonif 743/PSY Letkol Inf Andi Lulianto dalam keterangannya di Makotis, Kecamatan Atambua Barat, Kabupaten Belu, NTT. Selasa (03/05/22)
“Selain menjalankan tugas pokok menjaga perbatasan Negara, Satgas Pamtas Yonif 743 juga aktif dalam membantu pendidikan di perbatasan dengan menjadi tenaga pengajar, salah satunya melalui kegiatan pembinaan pramuka untuk membentuk karakter generasi muda di perbatasan”
Sementara itu Dansimayon Satgas Yonif 743/PSY Serka Akbar Hartanto mengatakan pelaksanaan Kegiatan Perkemahan selama 3 hari ini difokuskan kepada pembentukan karakter para peserta didik yang kali ini dikhususkan untuk siswa/siswi kelas XL SMKS Katolik Kusuma Atambua yang sebentar lagi akan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) didunia Industri.
“Selain materi teori kami sebagai pelatih memberikan materi praktek seperti ketangkasan yang sangat berguna untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan yang mereka miliki baik dalam hubungan kelompok maupun perorangan” Ungkap Serka Akbar
Atas terlaksananya kegiatan perkemahan pembentukan karakter ini, pihak sekolah SMKS Katolik Kusuma Atambua sangat berterima kasih, Karena kehadiran Prajurit Satgas Yonif 743/PSY Pos Kotis , dengan tulus dan ikhlas telah membantu dalam membentuk karakter Siswa/Siswi SMKS Katolik Kusuma Atambua. (Hasna)
____
Renungan
Oleh Syaikh Ali Bin Hasan bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari
Id secara bahasa artinya setiap hari yang didalamnya ada perkumpulan. Diambil dari kata ” ‘aada “ yauudu ” artinya kembali, karena seakan-akan mereka selalu kembali padanya. Adapula yang berpendapat bahwa Id diambil dari kata : ” Adat atau kebiasaan”, karena mereka menjadikannya sebagai kebiasaan. Bentuk jamaknya adalah ” ‘ayaada “. Bila dakatakan ” Id Muslimun ” maknanya : Mereka menyaksikan hari raya (Id) mereka. Ibnul A’rabi mengatakan : “Id dinamakan dengan nama tersebut karena setiap tahun ia selalu kembali dengan kegembiraan yang baru” [1]
Berkata Al-Alamah Ibnu Abidin :
“Id dinamakan dengan nama ini, karena milik Allahlah pada hari itu segala macam kebaikan, yakni macam-macam kebaikan yang kembali atas hamba-hambaNya dalam setiap hari, diantaranya : kebolehan berbuka (menyantap makanan dan minuman) setelah sebelumnya dilarang, sedekah (zakat) fithri, sempurnanya pelaksanaan ibadah haji dengan tawaf ziarah, daging-daging kurban dan selainnya. Dan karena kebiasaan pada hari itu sarat dengan kebahagiaan, kegembiraan, kesenangan dan ni’mat. [2]
[Disalin dari buku Ahkaamu Al’ Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah edisi Idonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, hal. 8-11 terbitan Pustaka Al-Haura’, penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Hussein]
_______
Footnote
[1] Lisanul Arab 3/319
[2] Lihat “Hasyiyah Ibnu Abidin 2/165
Ketahuilah wahai saudaraku muslim semoga Allah memberi taufik kepadaku dan kepadamu untuk taat kepadaNya, hari-hari raya yang Allah tetapkan untuk hamba-hambaNya telah jelas dan diketahui, yang menjadi topik bahasan dari kitab yang ada dihadapanmu ini. Adapun pada masa sekarang, perayaan hari raya itu sangat banyak hingga tidak bisa dihitung di setiap tempat negeri Islam lebih-lebih di luar negeri Islam. Engkau bisa melihat adanya perayaan hari raya untuk pendirian bangunan, untuk kuburan tertentu, individu-individu, perayaan untuk negara dan lain-lain dari hari raya yang sama sekali tidak Allah perkenankan. Sampai-sampai didapatkan pada sebagian data statistic bahwa kaum muslimin di India memiliki 144 hari raya dalam setiap tahun. Lihat “A Yadul Islam” (8) dengan beberapa tambahan.