mascipoldotcom – Kamis, 3 Pembruari 2022 (2 Rajab 1443 H)
Surabaya-Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta bersama Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Nurcahyanto mendampingi Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, Kamis, 3 Februari 2022, melakukan pengecekan karantina terpusat bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) di Asrama Haji Sukolilo, Balai Diklat Keagamaan Surabaya dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur.
Kegiatan diawali dengan pengecekan kesiapan sarana dan prasarana tempat karantina terpusat bagi pelaku perjalanan luar negeri di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.
PPLN yang melaksanakan karantina terpusat di Asrama Haji Sukolilo masih nihil, kapasitas tempat tidur yang tersedia sebanyak 596 serta personil satgas berjumlah 129 orang terdiri dari 83 Personil TNI, 18 Personil Polri dan 28 Personil tenaga kesehatan dari KKP Surabaya.
Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan pengecekan pelaksanaan karantina terpusat bagi PPLN di Balai diklat Keagamaan Surabaya. Jumlah PPLN yang melaksanakan karantina terpusat sebanyak 25 orang dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 126.
Sementara personil satgas berjumlah 47 orang yang terdiri dari 25 personil TNI, 8 Personil Polri dan 14 Personil tenaga kesehatan dari KKP Surabaya.
Selain itu juga telah dilaksanakan pengecekan pelaksanaan karantina terpusat bagi PPLN di LPMP Provinsi Jawa Timur. Jumlah PPLN yang melaksanakan karantina terpusat sebanyak 123 orang dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 134 tempat tidur.
Sedangkan personil satgas berjumlah 45 orang yang terdiri dari 23 personil TNI, 7 Personil Polri dan 15 Personil tenaga kesehatan dari KKP Surabaya.
Dalam kegiatan tersebut turut hadir Danrem 084/Bhaskara Jaya, Pejabat utama Kodam V/Brawijaya, Pejabat utama Polda Jatim, Danlanudal Juanda, Dandim 0831/Surabaya Timur, Kapolrestabes Surabaya, UPT Kemenkes KKP Surabaya, UPT Kemenkes BBTKLPP Surabaya dan Kepala Balai diklat Keagamaan Surabaya. (M.Amin)
______________
Renungan
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa hukumnya suami menceraikan istrinya, talak tiga dengan satu ucapan?
Jawaban.
Apabila seorang suami menceraikan istri, talak tiga dengan satu ucapan seperti perkataan : “Kamu saya ceraikan dengan talak tiga”. Maka mayoritas para ulama berpendapat bahwa talak tiga tersebut sah. Maka suaminya tidak boleh menikahinya lagi sehingga bekas istrinya tersebut menikah dengan orang lain dan berhubungan badan karena cinta bukan hanya untuk menghalalkan (pernikahan dengan suami pertama), kemudian ia berpisah darinya (suami kedua) karena talak atau meninggal.
Para ulama tersebut berpendapat demikian karena Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu menetapkan hukum tersebut kepada manusia. Sedangkan ulama yang lain berpendapat bahwa hal tersebut dianggap talak satu, dan suami berhak merujuknya selama dalam masa iddah, apabila keluar dari iddah maka diperbolehkan bagi suami untuk menikahinya dengan akad baru.
Para ulama tersebut berargumen dengan ketetapan hadits pada kitab Shahih Muslim. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata : “Dulu, talak di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu serta dua tahunan di zaman Umar Radhiyallahu ‘anhu talak tiga dengan satu ucapan dianggap talak satu. Maka Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Sesungguhnya manusia terlalu terburu-buru di dalam memutuskan masalah yang (mereka diberi kesempatan untuk) pelan-pelan.
Niscaya akan kutetapkan hukumnya”. Maka dia menetapkan bahwa talak tiga dengan satu ucapan dianggap talak tiga. Dalam riwayat lain, Muslim mengatakan bahwa Sahba’ berkata kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma bukankah talak tiga dengan satu kata dianggap talak satu pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, zaman Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu dan tiga tahun di zaman Umar Radhiyallahu ‘anhu, Ibnu Abbas berkata : “Ya”.
Mereka juga berargumen dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitabnya Musnad dengan baik. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Abu Rakanah mentalak isterinya dengan talak tiga, lalu ia sedih, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengembalikan isterinya kepadanya seraya berkata : “Sesungguhnya talakmu adalah talak satu. Sebagian ulama menafsirkan hadits ini dan hadits sebelumnya bahwa talak tiga dengan satu kata merupakan perpaduan dua hadits ini dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ
“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali” [Al-Baqarah/2 : 229]
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهُ مِنْ بَعْدُ حَتَّىٰ تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ
“Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua) maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia menikah dengan suami yang lain” [Al-Baqarah/2 : 230]
Yang berpendapat demikian adalah Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma. Menurut riwayat yang shahih dan dalam riwayat lain ia berpendapat seperti pendapat kebanyakan ulama. Adapun yang berpendapat talak tiga dengan satu kata dianggap talak satu adalah Ali Radhiyallahu ‘anhu, Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Awwam Radhiyallahu ‘anhuma.
Pendapat ini juga dianut oleh para tabi’in. Muhammad bin Ishaq yang masyhur, para ulama terdahulu dan sekarang. Pendapat ini juga dipilih oleh Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah serta muridnya Ibnu Qayyim –semoga rahmat Allah atas mereka berdua- dan ini yang saya fatwakan untuk mengamalkan nash (Al-Qur’an dan Hadits) dan untuk memberi rahmat dan manfaat bagi manusia.
(Kitab Fatawa Da’wah Syaikh Ibn Baz, Juz II/239)
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, Penerjemah Zaenal Abidin Syamsudin Lc, Penerbit Darul Haq]