mascipoldotcom – Senin, 9 November 2020 (23 Robiul Awal 1442 H)
PENAJAM. Pejuang kemerdekaan Veteran asal Kelurahan Gunung Steleng Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) , Soekarno bin Darmokaryo meninggal dunia diusia (93) tahun akibat sakit, pada Minggu (08/11/2020) pukul 18.30 Wita di Pemakaman Muslim, Jl Jambu RT 07 Kel Gunung Steleng Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Kaltim, Senin (09/11/2020).
Mewakili Dandim 0913/PPU, Danramil Waru Kapten Inf Slamet Pamuji memimpin prosesi pemakaman secara Militer. Diketahui Almarhum Suekarno yang merupakan Pejuang Veteran tercatat di LVRI dan menjadi Ketua Legiun Kabupaten PPU dan meninggal pada usia 93 Tahun sehabis sholat magrib.
Dandim 0913/PPU Letkol Inf Dharmawan S.N, S.I.P., mengatakan, “Pelaksanaan pemakaman militer pagi ini merupakan bentuk penghormatan terakhir terhadap almarhum pejuang Veteran. Upacara militer yang dilaksanakan ini merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan kepada almarhum atas jasa-jasanya selama masa perang kemerdekaan di Indonesia”, ucapnya.
“Kami pun berterimakasih kepada almarhum Bapak Soekarno, atas jasa-jasa selama berjuang untuk kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Terima kasih juga saya tujukan kepada seluruh LVRI Kab PPU dan kepada lapisan masyarakat sehingga prosesi pemakaman dapat berjalan dengan tertib dan lancar”,pungkasnya.
“Upacara kebesaran ini dilaksanakan sebagai penghormatan dan penghargaan pemerintah atas jasa dan pengorbanan almarhum kepada negara dan bangsa yang telah dilaksanakan sepanjang hidupnya”, sambutnya.
“Walaupun demikian sebagai manusia biasa kepergian almarhum yang kita cintai, tentunya tidak luput dari rasa duka yang mendalam Oleh sebab itu pada kesempatan ini kepada keluarga almarhum saya selaku inspektur upacara dan atas nama seluruh teman sejawat almarhum menyatakan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya dengan memanjatkan doa Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan ketabahan dan kesabaran serta bimbingan dan perlindungan kepada seluruh keluarga yang ditinggalkan”, jelasnya.
Lanjutnya ,“Kepada keluarga almarhum sekali lagi saya menyatakan Bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas kepergian almarhum. Akhirnya marilah kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa semoga kesalahan dan kekhilafan almarhum diampuni dan mendapatkan tempat yang layak di sisiNya”, pungkasnya.
Sementara itu dari pihak keluarga, Wakil Bupati PPU Ir.Hamdan.P menyampaikan ucapan terima kasih kepada TNI atas terlaksananya upacara militer sebagai penghormatan terakhir kepada almarhum.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Kodim 0913/PPU yang telah melaksanakan upacara secara militer kepada warga kami sebagai penghargaan atas jasa almarhum semasa semasa hidupnya Khusus keluarga besar Kodim 0913/PPU yang memberikan penghormatan terakhir kepada orang tua kami, ,” jelasnya. Sumber Penrem 091/ASN
———–
Renungan
SERIBU SATU SEBAB KEMATIAN MANUSIA
Oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
Manusia hidup di dunia ini telah ditentukan ajalnya, telah dijatah lama kehidupannya. Dengan berjalannya hari-hari, berlalunya bulan demi bulan, dan bergantinya tahun-tahun, maka sesungguhnya semua itu mendekatkan manusia kepada ajalnya. Ironisnya, mayoritas manusia tidak memperhatikan itu, bahkan kebanyakan sibuk dan menyibukkan diri dengan berbagai urusan dunia yang fana dan melalaikan akhirat yang kekal selamanya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. [al-A’la/87: 16-17].
Jika manusia mau mengamati orang-orang yang hidup di sekitarnya, banyak orang yang dikenalnya telah mendahuluinya menuju alam baka. Diantara kita sudah ditinggal mati oleh kakek atau neneknya, ayah atau ibunya, kakak atau adiknya, suami atau istrinya, bahkan anak atau cucunya. Demikian juga tetangganya, kawan sekolahnya, teman bermainnya, atau kawan kerjanya. Sebagian sudah mendahului pergi.
Sahabat Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu telah memberikan nasihat sangat berharga, sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Bukhâri dalam kitab Shahîhnya:
ارْتَحَلَتْ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتْ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ وَلَا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابَ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ
Dunia telah berjalan menjauhi, sedangkan akhirat telah berjalan mendekati. Dunia dan akhirat memiliki orang-orang (yang memburunya), maka hendaklah kamu menjadi orang-orang (yang memburu) akhirat, janganlah kamu menjadi orang-orang (yang memburu) dunia. Karena sesungguhnya hari ini (di dunia) ada amal, dan belum ada hisab (perhitungan amal), sedangkan besok (akhirat) ada hisah dan tidak ada amal. [HR Bukhâri].
Sahabat yang mulia ini, Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu, telah berkata benar, telah memberikan nasihat kepada umat, maka siapakah orang beruntung yang mau mengambil nasihatnya ?
Seribu Satu Sebab Kematian
Banyak faktor yang menjadi penyebab kematian menghadang manusia. Salah satu di antaranya pasti menimpanya, tidak ada pilihan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan hakikat ini dalam banyak hadits, diantaranya:
عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُثِّلَ ابْنُ آدَمَ وَإِلَى جَنْبِهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ مَنِيَّةً إِنْ أَخْطَأَتْهُ الْمَنَايَا وَقَعَ فِي الْهَرَمِ
Dari Mutharrif bin Abdillah bin asy-Syikhkhir, dari bapaknya, ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Telah diciptakan di dekat anak Adam sembilan puluh sembilan musibah (sebab kematian). Jika dia tidak terkena semua musibah itu, dia pasti mengalami ketuaan. [HR Tirmidzi, no. 2456; Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, 2/211. Imam Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih gharib”. Syaikh al-Albani berkata,“Hasan”].
Kandungan dari “sembilan puluh sembilan” dalam hadits ini memiliki maksud yang sangat banyak, bukan membatasi dengan jumlah sembilan puluh sembilan saja. Sedangkan “maniyyah”, artinya ialah musibah atau kematian, wallâhu a’lam.[1]
Ada dua makna yang disebutkan Ulama tentang hadits ini:
Pertama, sangat banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab kematian manusia. Seandainya manusia itu berulang kali selamat dari sebab-sebab kematian yang berupan penyakit, kelaparan, tenggelam, terbakar, dan lainnya, niscaya dia pasti mengalami ketuaan sampai meninggal dunia.
Kedua, asal penciptaan manusia tidak terlepas dari musibah, bencana dan penyakit. Sebagaimana dikatakan oleh sebuah ungkapan:
اَلْبَرَايَا أَهْدَافُ الْبَلَايَا
Semua makhluk adalah sasaran musibah
Atau seperti dikatakan Ibnu ‘Atha rahimahullah :
مَا دُمْتَ فِيْ هَذِهِ الدَّارِ لَا تَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ الْأَكْدَارِ
(selama engkau berada di dunia ini, jangan heran terjadinya kesusahan-kesusahan).
Jika seseorang tidak tertimpa semua muisbah itu, dan ini sangat jarang terjadi, pasti akan ditimpa penyakit paling ganas yang tidak ada obatnya, yaitu ketuaan. Intinya, dunia adalah penjara seorang mukmin dan surga orang kafir. Sehingga sepantasnya seorang Mukmin bersabar menghadapi keputusan Allâh, ridha terhadap yang ditakdirkan dan diputuskan Allâh.[2]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan, semua penyakit ada obatnya kecuali ketuaan yang membawa kepada kematian.
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَدَاوَوْا عِبَادَ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يُنَزِّلْ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ مَعَهُ شِفَاءً إِلَّا الْمَوْتَ وَالْهَرَمَ
Dari Usâmah bin Syarik, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kamu berobat, wahai hamba-hamba Allâh, karena sesungguhnya Allâh tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan obat bersamanya, kecuali kematian dan ketuaan”. [HR Ahmad, no. 18478; dishahîhkan oleh Syu’aib al-Arnauth]
Di dalam hadits lain disebutkan:
عَنْ أَبِيِ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً أَوْ لَمْ يَخْلُقْ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ أَوْ خَلَقَ لَهُ دَوَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ إِلَّا السَّامَ قَالُوْا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَ مَا السَّامُ؟ قَالَ : الْمَوْتُ
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allâh tidak menurunkan penyakit atau tidak menciptakan penyakit kecuali menurunkan atau menciptakan obat untuknya. Orang yang telah mengetahuinya dia mengetahui, orang yang tidak mengetahuinya dia tidak mengetahuinya, kecuali as-saam”. Para sahabat bertanya, “Apakah as-saam itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian”. [HR al-Hâkim; Syaikh al-Albâni menyatakan : “Shahîh bi syawahidihi” (shahîh dengan seluruh penguatnya].[3]
Ajal Manusia Lebih Dekat Daripada Angan-Angannya
Manusia memiliki beraneka angan-angan sesuai dengan keyakinannya, atau orang-orang sekitarnya yang mempengaruhinya, atau lainnya. Banyak orang yang memiliki angan-angan tentang dunia dan kemewahannya; Pekerjaan mudah, rumah dan mobil mewah, dan perkara wah lainnya. Namun kebanyakan tidak menyadari bahwa sesungguhnya kematian lebih dekat dari angan-angan.
Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak mengingatkan kepada umatnya tentang masalah ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjelaskan masalah tersebut dengan membuat gambar yang dituliskan, sehingga hal itu lebih menjadikan gamblang dan menyentuh hati orang-orang yang memperhatikan. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam hadits shahîh di bawah ini:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا
Dari Abdullâh Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambar persegi empat dan membuat garis yang keluar darinya di tengahnya. Beliau juga membuat garis-garis kecil ke arah garis yang berada di tengah tersebut dari arah sampingnya. Beliau bersabda, ‘Ini adalah manusia, dan (persegi empat) ini adalah ajalnya, mengelilinginya atau telah mengelilinginya. Sedangkan (garis) yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ia tidak terkena ini (suatu jenis musibah, pen), dia pasti terkena ini (suatu jenis musibah, pen). Jika dia tidak terkena ini, dia pasti terkena ini’.” [HR. al- Bukhâri, no. 6054].
Ya, manusia tidak akan selamat dari kematian, dan kematiannya itu lebih dekat dari angan-angannya.
عَنْ أَنَسٍ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطُوطًا فَقَالَ هَذَا الْأَمَلُ وَهَذَا أَجَلُهُ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ جَاءَهُ الْخَطُّ الْأَقْرَبُ
Dari Anas, ia berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggaris beberapa garis, lalu bersabda, ‘Ini angan-angan (manusia), dan ini ajalnya. Ketika ia dalam keadaan demikian (mengejar angan-angannya), tiba-tiba datang kepadanya garis yang terdekat (ajalnya)’.” [HR. al-Bukhâri, no. 6055].
Dalam riwayat lain disebutkan:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَامِلَهُ فَنَكَتَهُنَّ فِي الْأَرْضِ فَقَالَ هَذَا ابْنُ آدَمَ وَقَالَ بِيَدِهِ خَلْفَ ذَلِكَ وَقَالَ هَذَا أَجَلُهُ قَالَ وَأَوْمَأَ بَيْنَ يَدَيْهِ قَالَ وَثَمَّ أَمَلُهُ ثَلَاثَ مِرَارٍ
Dari Anas, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan jari-jarinya, lalu menurunkannya ke tanah, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ini anak Adam,’ lalu beliau menggerakkan tangannya di belakangnya itu sambil mengatakan, ‘Ini ajalnya,’ kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke arah depan sambil bersabda, ‘Dan di sana angan-angannya,’ tiga kali”. [HR Ahmad, no. 12410; Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata, “Sanadnya shahîh menurut syarat Imam Muslim].
Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menerangkan kedekatan ajal pada manusia itu dengan isyarat-isyarat dengan anggota badan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
عن أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا ابْنُ آدَمَ وَهَذَا أَجَلُهُ وَوَضَعَ يَدَهُ عِنْدَ قَفَاهُ ثُمَّ بَسَطَهَا فَقَالَ وَثَمَّ أَمَلُهُ وَثَمَّ أَمَلُهُ وَثَمَّ أَمَلُهُ
Dari Anas bin Mâlik, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Ini adalah anak Adam, dan ini adalah ajalnya,” beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya pada tengkuknya, lalu beliau menyebarkannya lalu bersabda, “Dan disana adalah angan-angannya, dan disana adalah angan-angannya’.” [HR Tirmidzi, no. 2334; Ibnu Mâjah, no. 4232; Ibnu Hibbân, no. 2998. Dishahîhkan oleh al-Albâni dan Syu’aib al-Arnauth].
Untuk Semisal Ini, Wahai Saudara-Saudaraku Persiapkanlah!
Semoga sedikit keterangan ini mengingatkan kita tentang pentingnya persiapan menghadapi kematian, masalah besar yang dihadapi setiap insan. Demikianlah yang paling penting sebagaimana diperintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جِنَازَةٍ فَجَلَسَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ فَبَكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى ثُمَّ قَالَ يَا إِخْوَانِي لِمِثْلِ هَذَا فَأَعِدُّوا
Dari al-Bara’, di berkata: “Kami bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu jenazah, lalu beliau duduk pada tepi kubur, kemudian beliau menangis sehingga tanah menjadi basah, lalu beliau bersabda,’Wahai saudara-saudaraku! Untuk semisal ini, maka persiapkanlah!’.” [HR Ibnu Majah, no. 4190, dihasankan oleh Syaikh al-Albani].
Terakhir kami katakan: “Wahai saudara-saudaraku! Persiapkanlah dirimu menghadapi kematian!”
Wallâhu al-Musta’an.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVI/1434H/2013. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
________
Footnote
[1] Tuhfatul–Ahwadzi, 6/304.
[2] Tuhfatul–Ahwadzi, 6/304.
[3] Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 1650.