mascipoldotcom, Selasa, 13 Oktober 2020 (26 Safar 1442 H)
Jakarta – Pengunjuk rasa aksi penolakan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) diarahkan untuk berpusat di Monumen Patung Arjuna atau Patung Kuda oleh Polda Metro Jaya.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana memberikan instruksi kepada jajarannya untuk memusatkan para demonstran berkumpul di Patung Kuda sebagai titik kumpul massa.
“Titik kumpul massa kita arahkan ke Patung Kuda,” tutur Kapolda Metro menegaskan, di Jakarta, Selasa (13/10/2020).
Untuk mengamankan aksi tersebut, menurut Irjen Pol Nana, personel gabungan yang terdiri dari TNI-Polri diterjunkan sebanyak 12.000 hingga 13.000 personel.
“Kami menyiapkan sebanyak 12 ribu hingga 13 ribu personel gabungan TNI-Polri,” tandas Irjen Pol Nana. (H Muhairo)
———–
Renungan
Wasiat Untuk Umat
Sungguh, kita hidup di zaman yang penuh gejolak. Lihatlah bagaimana nasib kaum Muslimin di belahan dunia ini, yang tertindas dan terhempas. Dan sudah menjadi sunnatullah bahwa Allâh Azza wa Jalla tidak akan merubah keadaan suatu kaum, hingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka.
Nikmat dikarenakan berpegang pada tali Allâh Azza wa Jalla , dengan iman dan amal shaleh, tidak akan hilang sampai mereka merubahnya dan menggantinya dengan perbuatan maksiat dan dosa. Dan sudah menjadi sunnatullah yang berlaku bahwa akhir dari orang yang berbuat kerusakan adalah kebinasaan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [al-A’râf/7:96]
Kita memang harus mempersiapkan kekuatan secara fisik dan materi, sebagaimana yang Allâh firmankan:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. [al-Anfal/8:60]
Namun di waktu yang sama, kitapun wajib untuk memperhatikan kekuatan rohani kita ; yaitu senantiasa menjaga dan menguatkan ikatan hubungan kita dengan Allâh Azza wa Jalla . Karena itu adalah senjata yang tidak pernah mengecewakan.
Lihatlah umat lain, meski nyata-nyata ingkar dan sekuler, namun di saat-saat kritis, mereka ingat pemberkatan tuhan mereka terhadap pasukan mereka! Ironisnya, justru banyak kaum Muslimin, bila tertimpa kesusahan, justru ikatan agama mereka menjadi kendur, lupa dengan marabahayanya kelak.
Renungilah bagaimana nestapa kaum Muslimin di Andalus dan Bahgdad! Betapa banyak pelajaran dan hikmah yang patut direnungkan. Maka wajib bagi umat ini untuk mengerahkan segala daya untuk kembali kepada Allâh al-Khaliq.
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ
Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allâh. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allâh untukmu. [Adz-Dzariyat/51:50]
Sibukkanlah diri kita dengan hal-hal yang bermanfaat! Ingatlah akan nikmat Allâh Azza wa Jalla yang dianugerahkan-Nya kepada kita. Hendaklah kita selalu waspada dan berhati-hatilah! Jangan sampai kenikmatan yang kita rasakan saat ini hilang berganti bala, akibat dari tingkah laku kita yang tidak pandai mensyukuri nikmat Allâh Azza wa Jalla dan terlalu sering melakukan perbuatan dosa dan maksiat.
Marilah kita bersungguh-sungguh dalam beramal! Karena kesejahteraan tidak akan langgeng kecuali dengan bersungguh-sungguh dalam beramal dan menjauhi segala yang bisa merusak kesejahteraan itu sendiri.
Kita harus jauhi segala jerat syaitan, dan kita makmurkan negeri dengan berusaha menerapkan kebaikan. Marilah kita semai Islam di dalamnya, tidak sebaliknya, berusaha menghancurkannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri cinta kepada Mekah, tanah kelahiran Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Meski ketika itu penduduknya menyakiti dan menentang dakwah Islam, terbukti,
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak tawaran Malaikat Jibril Alaihissallam untuk membinasakan penduduk yang telah menyakiti Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua gunung di Mekah. Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengenang jasa seseorang yang telah berbuat baik kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , meski ia bukan orang yang beriman. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai para tawanan Perang Badr:
لَوْ كَانَ الْمُطْعِمُ بْنُ عَدِيٍّ حَيًّا ثُمَّ كَلَّمَنِي فِي هَؤُلَاءِ النَّتْنَى لَتَرَكْتُهُمْ لَهُ
Seandainya Muth’im bin ‘Adi masih hidup, lalu ia memintaku untuk (membebaskan) orang-orang yang busuk ini (maksudnya tawanan badr, karena kesyirikan mereka), tentu akan aku lepaskan mereka untuknya. [Muttafaq alaih]
Dahulu, Muth’im telah memberi perlindungan bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk masuk ke Mekah sepulang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Tha’if.
Maka sungguh jauh perangai mereka yang melakukan tindakan perusakan dengan cara melakukan pengeboman dan semacamnya, dengan keadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan syariat Islam yang hanif ini, terlebih lagi di negeri kita yang mayoritas adalah kaum Muslimin.
Maka kepada mereka yang terjangkit racun ISIS, sadarlah! Berbagai peristiwa yang terjadi menunjukkan bahwa titik tolak mereka bukanlah atas dasar agama, meski seolah-olah mereka berselimutkan agama. Bukankah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diutus melainkan sebagai rahmat bagi semesta?!
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Agama ini, semuanya berporos pada ikhlas terhadap Allâh Yang hak, dan berkasih sayang terhadap sesama makhluk.”
Sekarang ini, banyak kaum Muslimin yang tertimpa cobaan berat. Berbagai makar musuh Islam menghimpit mereka; di Syam, Palestina, Yaman dan diberbagai tempat lainnya. Namun kita pun penuh harap, bahwa kaum Muslimin di sana bisa bersatu padu, untuk menghilangkan kezhaliman, dan mewujudkan kebaikan bagi negeri mereka. Karena persatuan dan keharmonisan merupakan awal mula dari kemenangan.
Petaka yang menimpa saudara kita seiman, di Syam dan lainnya, bukan hanya cobaan bagi mereka, namun juga cobaan bagi kaum Muslimin lainnya. Bagaimana kaum Muslimin lainnya menopang dan membantu mereka. Mereka memerlukan bantuan yang begitu mendesak. Ini merupakan hak saudara kita di sana. Kalau Allâh Azza wa Jalla berkehendak, pastilah Allâh Azza wa Jalla sudah menangkan saudara kita sekarang juga. Namun Allâh Azza wa Jalla memberlakukan takdir-Nya, agar bisa didulang hikmah darinya.
Dan yang harus kita renungi bersama, sebagai pelipur lara kita, apa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Sungguh menakjubkan perkara seorang beriman. Sungguh, semua keadaannya adalah baik semata. Dan itu tidaklah ada kecuali bagi seorang mukmin. Bila ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Dan bila ia tertimpa kesusahan, iapun bersabar; dan itu baik baginya. (HR. Muslim)
Dan, meski umat ini tengah melalui masa-masa sulitnya, namun pertolongan Allâh pasti segera tiba. Berapa banyak kepiluan, namun tersimpan harapan di dalamnya.
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰ أَمْرِهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Allâh berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.[Yusuf/12:21]
فَقَالُوا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ﴿٨٥﴾ وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Lalu mereka berkata: “Kepada Allâhlah kami bertawakkal! Ya Rabb kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.” [Yunus/10:85-86]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XIX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1] Diadaptasi dari khutbah Jum’at yang disampaikan oleh DR. Shalih bin Muhammad Alu Thalib di Masjidil Haram, Mekah, pada tanggal 29/2/1437, bertepatan dengan 11 Desember 2015, dengan judul Washaya lil Ummat