IMG 20201015 WA0081

Pembangunan Pemuda Sangat Penting Dalam Membantu Pemerintah

mascipoldotcom – Kamis, 29 Oktober 2020 (12 Robiul Awal 1442 H)

Jakarta – Dalam dasar-dasar kebijakan RPJMN 2020 – 2024 percepatan pembangunan diarahkan dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020 -2024 sendiri terdiri dari 5 pilar yakni Pembangunan SDM, Pembangunan Infrastruktur, Penyederhanaan Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi, dan Transformasi Ekonomi.

Berbicara mengenai poin pertama yakni mengenai SDM, tanpa diragukan lagi SDM yang memadai akan membuat suatu negara dapat meningkatkan taraf hidupnya. SDM berkualitas menjadi sebuah penentu kualitas dari sebuah negara. Namun, SDM menjadi sebuah tantangan bagi Indonesia untuk bisa memenuhi visi Indonesia Maju 2045.

Sejalan dengan itu, pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas juga menempatkan pembangunan SDM ini ke dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Suistainable Development Goals (SDGs). SDGs di Indonesia sendiri dibentuk sebagai bentuk komitmen Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan di dunia dan diharapkan tujuan tersebut dapat menunjukkan hasilnya di tahun 2030. Salah satunya melalui pengembangan SDM.

Pengembangan SDM dimulai dengan pembangunan ‘nasib’ pemuda. Pemuda adalah sumber SDM yang patut dibangun, karena pemuda memiliki usia produktif yang dapat menjadi motor penggerak untuk kemajuan Indonesia. SDGs dibentuk untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dalam rangka mengatasi masalah kemsikinan, ketimpangan, dan perubahan dunia dalam bentuk aksi nyata pengembangan

Sedangkan pembangunan pemuda ini masuk dalam 13 prioritas SDGs meliputi pemuda tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan bekualitas, kesetaaraan gender, air bersih dan satintasi, energi bersih dan terjangkau, pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi, industri inovasi dan infrastruktur berkurangnya kesenjangan sosial, kota dan pemukiman berkelanjutan, penanganan perubahan iklim, serta kemitraan untuk mencapai tujuan.

Penerapan SDGs ini sejatinya juga membutuhkan kerjasama yang baik antara pemangku kementingan dan juga pemerintah daerah. Keberhasilan implementasi dari prioritas SDGs ini bergantung pada Pemerintah Daerah, karena pelaksanaan keputusan dari Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh Pemerintah daerah.

Dalam kunjungan Menteri di Jawa Barat beberapa waktu lalu, menteri menyoroti mengenai pembangunan 4 pilar SDGs di wilayah Jawa Barat khususnya di Jawa Barat bagian Selatan. Keempat pilar tersebut dilihat dari pilar ekonomi, pilar lingkungan, pilar sosial, dan pilar hukum. Jawa Barat bagian selatan mendapat rapor merah dalam 4 pilar SDGs tersebut. Rapor merah pembangunan SDGs ini tentunya memperngaruhi skor pembangunan SDGs Nasional.

Di luar dari rapor merah pembangunan SDGs di wilayah Jawa Barat bagian selatan, dari segi pembangunan pemuda, wilayah Jawa Barat menunjukkan banyak peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Pembangunan pemuda ini diukur dari Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) hasil inisiasi Bappenas, Kementerian Pemuda dan Olah Raga serta Badan Pusat Statistik (BPS).

Jawa Barat memperoleh Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) yang meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2019 peringkat angka IPP Jawa Barat meningkat menjadi 50,00 dan melesat ke urutan 20 dalam tingkat IPP. Tentunya hal ini yak lepas dari inovasi yang terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui program-program untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Pemuda.

IPP mencakup capaian di 15 indikator pembangunan yang dituang dalam lima domain yakni pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, kesempatan lapangan kerja, kepemimpinan dan partisipasi, serta gender dan diskriminasi. Dengan adanya IPP ini maka akan terlihat tolak ukur pembangunan pemuda yang melekat pada beragam format pembangunan seperti RPJMN, RPJPN, peta jalan pembangunan kepemudaan, dan agenda SDGs.

Tujuan dari SDGs sangat erat dengan proses menuju pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pemuda ini juga perlu dilandasi dengan kebijakan yang mengacu pada data dan informasi. Indeks Pembangunan Pemuda yang telah disusun oleh Bappenas telah disesuaikan dan sejalan dengan tujuan dari Pembangunan Berkelanjutan.

Pembangunan Pemuda berperan penting dalam membantu pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya di tingkat nasional dan provinsi untuk meninjau keefektifan kebijakan dan program saat ini yang berkaitan dengan pemuda, terutama yang sejalan dengan pelaksanaan SDGs di Indonesia.

Kamis, 29 Oktober 2020
Tim Komunikasi Publik
Kementrian PPN/Bappenas
https://linktr.ee/suharsomonoarfa

Follow:
Instagram Menteri PPN: @suharsomonoarfa
Twitter Menteri PPN: @Suharso_M
Fanpage Menteri PPN: Suharso Monoarfa

__________

Renungan

Nasehat Bagi Pemuda Muslim Dan Penuntut Ilmu

Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Pertama-tama aku menasihatimu dan diriku agar bertakwa kepada Allah Jalla Jalaluhu, kemudian apa saja yang menjadi bagian/cabang dari ketakwaan kepada Allah Tabaaraka wa Ta’ala seperti :

1. Hendaklah kamu menuntut ilmu semata-mata hanya karena ikhlas kepada Allah Jalla Jalaluhu, dengan tidak menginginkan dibalik itu balasan dan ucapan terima kasih. Tidak pula menginginkan agar menjadi pemimpin di majelis-majelis ilmu. Tujuan menuntut ilmu hanyalah untuk mencapai derajat yang Allah Jalla Jalaluhu telah khususkan bagi para ulama. Dalam firmanNya.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“: … Allah akan meninggikan orang-orangyang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuanbeberapa derajat …?” [Al-Mujaadilah/58 : 11]

2. Menjauhi perkara-perkara yang dapat menggelincirkanmu, yang sebagian ” Thalibul Ilmi” (para penuntut ilmu) telah terperosok dan terjatuh padanya.

Diantara perkara-perkara itu :

a. Mereka amat cepat terkuasai oleh sifat ujub (kagum pada diri sendiri) dan terpedaya, sehingga ingin menaiki kepala mereka sendiri.

b. Mengeluarkan fatwa untuk dirinya dan untuk orang lain sesuai dengan apa yang tampak menurut pandangannya, tanpa meminta bantuan (dari pendapat-pendapat) para ulama Salaf pendahulu ummat ini, yang telah meninggalkan “harta warisan” berupa ilmu yang menerangi dan menyinari dunia keilmuan Islam. (Dengan warisan) itu jika dijadikan sebagai alat bantu dalam upaya penyelesaian berbagai musibah/bencana yang bertumpuk sepanjang perjalanan zaman. Sebagai mana kita telah ikut menjalani/merasakannya, dimana sepanjang zaman itu dalam kondisi yang sangat gelap gulita.

Meminta bantuan dalam berpendapat dengan berpedoman pada perkataan dan pendapat Salaf, akan sangat membantu kita untuk menghilangkan berbagai kegelapan dan mengembalikan kita kepada sumber Islam yang murni, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahihah.

Sesuatu yang tidak tertutup bagi kalian bahwasannya aku hidup di suatu zaman yang mana kualami padanya dua perkara yang kontradiksi dan bertolak belakang, yaitu pada zaman dimana kaum muslimin, baik para syaikh maupun para penuntut ilmu, kaum awam ataupun yang memiliki ilmu, hidup dalam jurang taqlid, bukan saja pada madzhab, bahkan lebih dari itu bertaqlid pada nenek moyang mereka.

Sedangkan kami dalam upaya menghentikan sikap tersebut, mengajak manusia kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Demikian juga yang terjadi di berbagai negeri Islam. Ada beberapa orang tertentu yang mengupayakan seperti apa yang kami upayakan, sehingga kamipun hidup bagaikan “Ghuraba” (orang-orang asing) yang telah digambarkan oleh Rasulullah Shalallahu‘alaihi wa sallam dalam beberapa hadits beliau yang telah dimaklumi, seperti :

إِنَّ الإِسلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Sesungguhnya awal mula Islam itu sebagai suatu yang asing/aneh, dan akan kembali asing sebagaimana permulaannya, maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing”

Dalam sebagian riwayat, Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

هُمْ أُنَاسٌ قَلِيْلٌ صَالِحُونَ بَيْنَ كَثِيْرٍ مَنْ يَعْصِيْهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيْعُهُمْ

“Mereka (al-Ghurabaa) adalah orang-orang shaleh yang jumlahnya sedikit sekeliling orang banyak, yang mendurhakai mereka lebih banyak dari yang mentaati mereka” [Hadits Riwayat Ahmad]

Dalam riwayat yang lain beliau bersabda :

هُمُ الَّذِيْنَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّسُ مِنْ سُنَّتِي مِنْ بَعْدِي

“Mereka orang-orang yang memperbaiki apayang telah di rusak oleh manusia dari sunnah-sunnahku sepeninggalku”.

Aku katakan : “Kami telah alami zaman itu,lalu kami mulai membangun sebuah pengaruh yang baik bagi dakwah yang di lakukan oleh mereka para ghuraba, dengan tujuan mengadakan perbaikan ditengah barisan para pemuda mukmin. Sehingga kami jumpai bahwa para pemuda beristiqomah dalam kesungguhan di berbagai negeri muslim, giat dalam berpegang teguh pada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala mengetahui keshahihannya”.

Akan tetapi kegembiraan kami terhadap kebangkitan yang kami rasakan pada tahun-tahun terakhir tidak berlangsung lama. Kita telah dikejutkan dengan terjadinya sikap “berbalik”, dan perubahan yang dahsyat pada diri pemuda-pemuda itu, di sebagian negeri[1].Sikap tersebut, hampir saja memusnahkan pengaruh dan buah yang baik sebagai hasil kebangkitan ini, apa penyebabnya ? Di sinilah letak sebuah pelajaran penting, penyebabnya adalah karena mereka tertimpa oleh perasaan ujub (membanggakan diri) dan terperdaya oleh kejelasan bahwa mereka berada di atas ilmu yang shahih. Perasaan tersebut bukan saja diseputar para pemuda muslim yang terlantar, bahkan terhadap para ulama. Perasaan itu muncul tatkala merasa bahwa mereka memilki keunggulan dengan lahirnya kebangkitan ini, atas para ulama, ahli ilmu dan para syaikh yang bertebaran diberbagai belahan dunia Islam.

Sebagaimana merekapun tidak mensyukuri nikmat Allah Jalla Jalaluhu yang telah memberikan Taufik dan Petunjuk kepada mereka untuk mengenal ilmu yang benar beserta adab-adabnya. Mereka tertipu oleh diri mereka sendiri dan mengira sesungguhnya mereka telah berada pada status kedudukan dan posisi tertentu.

Merekapun mulai mengeluarkan fatwa-fatwa yang tidak matang alias mentah, tidak berdiri diatas sebuah pemahaman yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka tampaklah fatwa-fatwa itu dari pendapat-pendapat yang tidak matang, lalu mereka mengira bahwasanya itulah ilmu yang terambil dari al-Qur’an dan as-Sunnah, maka mereka pun tersesat dengan pendapat-pendapat itu, dan juga menyesatkan banyak orang.

Suatu hal yang tidak sama bagi kalian, akibat dari itu semuanya muncullah sekelompok orang (“suatu jama’ah”) dibeberapa negeri Islam yang secara lantang mengkafirkan setiap jama’ah-jama’ah muslimin dengan filsafat-filsafat yang tidak dapat diungkapkan secara mendalam pada kesempatan yang secepat ini, apalagi tujuan kami pada kesempatan ini hanya untuk menasehati dan mengingatkan para penuntut ilmu dan para du’at (da’i).

Oleh sebab itu saya menasehati saudara-saudara kami ahli sunnah dan ahli hadits yang berada di setiap negeri muslim, agar bersabar dalam menuntut ilmu, hendaklah tidak terperdaya oleh apa yang telah mereka capai berupa ilmu yang dimilikinya. Pada hakekatnya mereka hanyalah mengikuti jalan, dan tidak hanya bersandar pada pemahaman-pemahaman murni mereka atau apa yang mereka sebut dengan “ijtihad mereka”.

Saya banyak mendengar pula dari saudara-saudara kami, mereka mengucapkan kalimat itu, dengan sangat mudah dan gampang tanpa memikirkan akibatnya : “Saya berijtihad”.  Atau “Saya berpendapat begini” atau “Saya tidak berpendapat begitu”, dan ketika anda bertanya kepada mereka ; Kamu berijtihad berdasarkan pada apa, sehingga pendapatmu begini dan begitu ? Apakah kamu bersandar pada pemahaman al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta ijma’ (kesepakatan) para ulama dari kalangan Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya ? Ataukah pendapatmu ini hanya hawa nafsu dan pemahaman yang pendek dalam menganalisa dan beristidlal (pengambilan dalil)?. Inilah realitanya,berpendapat berdasarkan hawa nafsu, pemahaman yang kerdil dalam menganalisa dan beristidlal. Ini semuanya dalam keyakinanku disebabkan karena perasaan ujub, kagum pada diri sendiri dan terperdaya.

Oleh sebab itu saya jumpai di dunia Islam sebuah fenomena (gejala) yang sangat aneh, tampak pada sebagian karya-karyatulis.

Fenomena tersebut tampak dimana seorang yang tadinya sebagai musuh hadits, menjadi seorang penulis dalam ilmu hadits supaya dikatakan bahwa dia memiliki karya dalam ilmu hadits. Padahal jika anda kembali melihat tulisannya dalam ilmu yang mulia ini, anda akan jumpai sekedar kumpulan nukilan-nukilan dari sini dan dari sana, lalu jadilah sebuah karya tersebut. Nah apakah faktor pendorongnya (dalam melakukan hal ini) wahai anak muda ? Faktor pendorongnya adalah karena ingin tampak dan muncul di permukaan.Maka benarlah orang yang berkata.

حُبُّ الظُّهُورِ يَقْطَعُ الظُّهُورَ

“Perasaan cinta/senang untuk tampil akan mematahkan punggung (akan berkaibat buruk)”

Sekali lagi saya menasehati saudara-saudaraku para penuntut ilmu, agar menjauhi segala perangai yang tidak Islami, seperti perasaan terperdaya oleh apa yang telah diberikan kepada mereka berupa ilmu, dan janganlah terkalahkan oleh perasaan ujub terhadap diri sendiri.

Sebagai penutup nasehat ini hendaklah mereka menasehati manusia dengan cara yang terbaik, menghindar dari penggunaan cara-cara kaku dan keras di dalam berdakwah, karena kami berkeyakinan bahwasanya Allah Jalla Jalaluhu ketika berfirman.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Serulah manusia kejalan Rabbmu dengan hikmah dan peringatan yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik…” [An-Nahl/16 : 125]

Bahwa sesungguhnya Allah Jalla Jalaluhu tidaklah mengatakannya kecuali dengan kebenaran (al-haq) itu, terasa berat oleh jiwa manusia, oleh sebab itu ia cenderung menyombongkan diri untuk menerimannya, kecuali mereka yang dikehendaki oleh Allah. Maka dari itu, jika di padukan antara beratnya kebenaran pada jiwa manusia plus cara dakwah yang keras lagi kaku, ini berarti menjadikan manusia semakin jauh dari panggilan dakwah, sedangkan kalian telah mengetahui sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam

إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرُونَ “ثَلَاثًا”

“Bahwasanya di antara kalian ada orang-orang yang menjauhkan (manusia dari agama) ; beliau mengucapkan tiga kali”.

(Nasehat ini dinukil dari kitab “Hayatal-Albani” halaman : 452-455)

[Disalin dari buku Biografi Syaikh Al-Albani Rahimahullah Mujaddid dan Ahli Hadits Abad Ini” hal. 127-150. Penyusun Mubarak bin Mahfudh Bamuallim Lc. Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i,Shafar 1424H/April 2003M]
_______

Footnote.

[1] Penyusun katakan : “Sebagaimana yang terjadi di negeri ini, munculnya beberapa gelintir manusia dengan berpakaian “Salafiyah”,memberikan kesan seolah-olah mereka mengajak kepada pemahaman Salaf, namum hakekatnya mereka adalah pengekor hawa nafsu dan perusak dakwah Salafiyah, akibatnya mereka hancur berkeping-keping, dan saling memakan daging temannya sendiri. Wal ‘iyadzu billahi, kami mohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari nasib yang serupa