Menteri PPN Ikuti Rapat Tingkat Menteri Membahas 2

Menteri PPN Ikuti Rapat Tingkat Menteri Membahas Persiapaan Pelaksanaan Vaksin

mascipoldotcom – Kamis, 01 Oktober 2020 (14 Safar 1442 H)

Jakarta – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengikuti Rapat Tingkat Menteri melalui video konferensi yang membahas mengenai Persiapan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19, pada hari Kamis, 1 Oktober 2020.

Dalam hasil Rapat Koordinasi Tingkat Menteri yang berlangsung pada 15 September 2020 ada beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti mengenai vaksinasi ialah menghitung penyediaan vaksin Covid-19, melengkapi exercise kebutuhan vaksinasi Covid-19, menajamkan penahapan sasaran vaksinasi Covid-19, dan menyusun berbagai opsi rencana operasional vaksinasi Covid-19 sesuai ketersediaan vaksin Covid-19.

Mengenai masalah vaksinasi ini, Presiden Joko Widodo sempat menyampaikan agar perencanan vaksinasi ini secara detail di persiapkan dalam dua minggu ini.

“Perencanaan vaksinasi yang detail sudah siap dalam dua minggu ini, mencakup kapan dimulai, lokasi, siapa yang melakukannya, siapa yang mendapatkan prioritas, sehingga pelaksanaan di lapangan dapat langsung diimplementasikan,” ujar Presiden Joko Widodo saat memimpin Ratas Penanganan Covid-19 dan PEN, tanggal 28 September 2020.

Berdasarkan data yang diterima oleh Bappenas, kasus Pandemi di Indonesia hingga saat ini, masih terus meningkat. Terhitung hingga 27 September 2020 lalu, rata-rata kasus aktif di Indonesia sebesar 22,46%, lebih rendah dari rata-rata kasus aktif dunia yang sebesar 23,13%. Untuk rata-rata kematian di Indonesia sudah menurun di angkat 3,77%.

Sedangkan rata-rata kesembuhan di Indonesia sebesar 73,76%, sedikit lebih rendah dibandingkan kesembuhan dunia (73,85%). Saat ini standar pengobatan telah mengacu ke pada standar dari Kementerian Kesehatan, baik di ICU, ruang isolasi, dan wisma karantina.

Lebih lanjut, Rapat Tingkat Menteri ini juga membahas mengenai pokok-pokok diskusi seperti suplai vaksin, sasaran vaksinasi, pembiayaan, dan mekanisme pelaksanaan. Karakter vaksin yang akan digunakan untuk pencegahan virus ini menggunakan rekomendasi dari WHO.

“Dalam konteks penanganan pandemic, WHO memberikan kelonggaran kepada vaksin-vaksin yang ‘kurang ideal’ untuk tetap dapat dipakai,” ujar Menteri Suharso.

Untuk mekanisme pelaksanaannya Menteri berharap vaksinasi dapat digerakkan melalui kampanye yang masif di faskes, selain itu perlu ada edukasi mengenai vaksin Covid-19 temasuk menghindari isu hesitancy.

“Kita perlu memperluas lagi edukasi mengenai vaksin Covid-19, termasuk mengenai isu hesitancy dan juga isu tidak lagi mematuhi protokol kesehatan, perlu ada strategi khusus untuk melaksanakan vaksinasi di daerah-daerah yang sulit,” tutup Menteri.

Kamis, 1 Oktober 2020
Tim Komunikasi Publik
Kementrian PPN/Bappenas
https://linktr.ee/suharsomonoarfa

Follow:
Instagram Menteri PPN: @suharsomonoarfa
Twitter Menteri PPN: @Suharso_M
Fanpage Menteri PPN: Suharso Monoarfa (Ari Supit)

———

Renungan

Apakah Orang Yang Meninggal Dunia Karena Virus Corona Mati Syahid?

Pertanyaan.
Apakah orang yang telah Allah takdirkan meninggal dunia disebabkan virus, bagaimana seorang muslim memperlakukan dalam kondisi yang sulit dimana wabah virus corona menyebar, dia meninggal dunia dalam kondisi syahid?. semoga Allah membalas kebaikan anda dan semoga kami dan anda terlindungi dari kejelekan wabah ini.

Jawaban

Alhamdulillah

Pertama: Telah dibahas apa yang selayaknya dilakukan seorang muslim pada kondisi sekarang ini. Silahkan melihat jawaban pada soal no. 15226

Kedua: Telah ada penjelasan berbagai macam syahid dan ketentuan syahid dalam jawaban soal no. 129214 dan soal no. 226242. Dan siapa yang meninggal dunia disebabkan virus, kita berharap semoga dia mati syahid dari sua sisi:

Sisi pertama: Virus ini merusak paru-paru. Kalau dia meninggal dunia disebabkan karena itu, maka matinya diikutkan dengan kematian karena paru-paru. Bahkan ia lebih berat lagi. Karena penyakit السُّل (Tuberculosis) adalah luka di paru-paru. Sementara Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : (السِّلّ شهادة ) ”Orang yang mati karena paru-paru itu syahid.” HR. Thabrani dari hadits Salman, dan Abu Syekh dari hadits Abu Ubadah dinyatakan shahih oleh Albani dalam ‘Shahih Al-Jami’’ disebutkan juga oleh Ahmad dari hadits Rosyid bin Hubaisy. Begitu juga dilakukan oleh Al-Hafidz di kitab Al-Fath (Barie).

Al-Hafidz mengatakan : “Dan ia juga ada hadits Rosyid bin Hubaisy semisalnya. Di dalamnya ada (والسِّلّ = wa as-siil) dengan dikasroh ringan dan di tasydid huruf lamnya, selesai dari Fathul Barie, (6/43).

Sementara hadits Rosyid bin Hubaisy di Ahmad, (15998) :

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَعُودُهُ فِي مَرَضِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتَعْلَمُونَ مَنِ الشَّهِيدُ مِنْ أُمَّتِي؟ فَأَرَمَّ الْقَوْمُ، فَقَالَ عُبَادَةُ: سَانِدُونِي، فَأَسْنَدُوهُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، الصَّابِرُ الْمُحْتَ

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam masuk mengunjungi Ubadah bin Shomit waktu beliau sakit, beliau Shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Apakah kamu semua mengetahui siapakah yang mati syahid dari kalangan umatku? Orang-orang pada diam, sementara Ubadah mengatakan, tolong sandarkan saya, maka orang-orang menyandarkannya. Dan mengatakan, “Wahai Rasulullah orang yang bersabar dan mengharap (pahala).

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ: الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ شَهَادَةٌ، وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ، وَالْغَرَقُ شَهَادَةٌ، وَالْبَطْنُ شَهَادَةٌ، وَالنُّفَسَاءُ يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسُرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ: وَزَادَ فِيهَا أَبُو الْعَوَّامِ سَادِنُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ: وَالْحَرْقُ، وَالسَّيْلُ

Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ”Sesungguhnya orang yang mati syahid kalau begitu sedikit dari umatku. Orang yang meninggal di jalan Allah Azza wa Jalla syahid. orang yang terkena tho’un (wabah) mati syahid, orang yang tenggelam mati syahid, orang yang meninggal karena sakit dalam perut syahid, orang yang meninggal karena nifas karena anaknya mengeluarkan ari-arinya menuju ke surga. Berkata, Abu Uwanah menambahi penunggu Baitul maqdis, orang terbakar dan terkena banjir (tenggelam).

Manawi rahimahullah mengatakan, “(والسيل = was-sail) dengan fathah sin yang ditasydidi dan huruf ya’ setelahnya maksudnya adalah tenggelam dalam air. Begitulah penulis membetulkan dengan tulisannya.. saya melihat dengan mataku. Tidak banyak dari yang menyalin itu adalah (sal) termasuk penyelewangan dari para penulis ulang. Selesai dari ‘Faidhul Qodir, (4/533).

Peneliti Musnad, (25/380) mengatakan,”Ungkapan kata (السَّيْل = ‘As-Siil) begitulah yang ada pada semua naskah. Dan dalam kitab ‘Goyatul Maqsud’ sesuai dengan arti tenggelam. Akan tetapi al-Hafidz membatasinya dalam ‘Fath, 6/43: dan ‘As-Siil’ dengan kasroh ringan dan tasydil huruf lam, maksud hal itu adalah penyakit yang telah dikenal, mungkin hal itu termasuk di dalam bersama orang yang mati karena tho’un.

(السل شهادة ) Orang yang mati karena As-Siil itu mati syahid. dan tadi telah dibahas.

Manawi dalam kitab ‘Faidul Qodir, (4/145) mengatakan, “kata (السل شهادة = As-Siil itu mati syahid) adalah luka di paru-paru disertai dengan demam panas sebentar”.

Kedua: Ketika dikarenakan rusaknya liver atau ginjal dan meninggal karena hal itu. Maka ia termasuk mati syahid karena sakit di perut. Sementara Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ : الْمَطْعُونُ ، وَالْمَبْطُونُ ، وَالْغَرِقُ ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Orang yang mati syahid itu ada lima, orang yang terkena to’un, terkena penyakit yang ada dalam perut, tenggelam, orang yang tertimpa bangunan, dan orang mati syahid di jalan Allah. [HR. Bukhori, (2829) dan Muslim, (1914)]

Nawawi rahimahullah dalam penjelasan shahih Muslim mengatakan.

وَأَمَّا ( الْمَبْطُون ) فَهُوَ صَاحِب دَاء الْبَطْن , وَهُوَ الْإِسْهَال . قَالَ الْقَاضِي : وَقِيلَ : هُوَ الَّذِي بِهِ الِاسْتِسْقَاء وَانْتِفَاخ الْبَطْن , وَقِيلَ : هُوَ الَّذِي تَشْتَكِي بَطْنه , وَقِيلَ : هُوَ الَّذِي يَمُوت بِدَاءِ بَطْنه مُطْلَقًا

“Sementara (Mabtun) adalah pemilik sakit yang ada di perut. Yaitu mencret. Qodhi mengatakan, “dikatakan yaitu orang yang kemasukan air dan perutnya membesar. Dikatakan, “Adalah orang yang mengaduh kesakitan perutnya. Dikatakan, “Yaitu orang yang mati karena penyakit yang ada dalam perut secara umum”

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya yang teksnya seperti ini,”Telah ada dalam hadits bahwa orang yang sakit di perutnya (Mabtun) adalah mati syahid. apa arti dari kata ‘Mabtun’ apakah hal itu termasuk orang yang mati karena rusak livernya?

Maka beliau menjawab, “ (المبطون ) Kata ‘Mabtun’, ahli ilmu mengatakan, “orang yang mati karena sakit yang ada dalam perutnya. Yang nampak sejenisnya adalah orang yang mati disebabkan usus buntu, karena ia termasuk penyakit dalam perut yang dapat mematikan. Bisa juga orang yang mati kerusakan Livernya karena ia termasuk penyakit dalam perut yang ganas. Selesai dari fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin di Majalah Ad-Dakwah.

Kesimpulannya, bahwa orang yang mati karena virus ini, berharap semoga dia mati syahid.

Perlu diperhatikan, bahwa hal ini tidak termasuk dalam tho’un seperti yang telah dijelaskan pada jawaban soal no. 333763.

Kita memohon kepada Allah agar mengangkat bencana dan wabah ini dan semoga kita dan orang-orang Islam diberikan kesehatan.

Wallahua’lam
Sumber : islamqa