LaNyalla Mattalitti Minta Kapolri Atensi Kasus Pembunuhan Wartawan 1

LaNyalla Mattalitti Minta Kapolri Atensi Kasus Pembunuhan Wartawan dan Penangkapan Anggota Pers Mahasiswa Sulsel

LaNyalla Mattalitti Minta Kapolri Atensi Kasus Pembunuhan Wartawan 2mascipoldotcom – Sabtu, 26 September 2020 (09 Safar 1442 H)

Makassar – Kasus pembunuhan terhadap wartawan media online Demas Laira yang terjadi di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat mendapat perhatian dari Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Hal itu disampaikan LaNyalla di kantor redaksi harian Fajar, Sabtu (26/9/2020) pagi.

LaNyalla meminta Kapolri Jenderal Pol. Idham Aziz untuk memberi atensi pada kasus tersebut. Mengingat sudah lebih dari satu bulan, polisi belum berhasil mengungkap siapa pelaku pembunuhan tersebut. “Peristiwa itu terjadi 20 Agustus silam. Sampai sekarang masih gelap,” tandas anggota dewan penasehat PWI Jawa Timur itu.

Seperti diketahui, jenazah Demas Laira ditemukan tergeletak di pinggir jalan Desa di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat pada Kamis 20 Agustus 2020 sekitar pukul 02.00 WITA. Sebelum ditemukan meninggal, Demas diketahui tengah melakukan perjalanan kembali ke kediamannya dari Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Saat ditemukan warga, korban sudah tidak bernyawa. Di tubuhnya terdapat 17 luka tusuk yang diduga akibat senjata tajam. Menurut keluarga, semasa hidup korban tidak memiliki musuh atau membuat masalah dengan orang lain. “Kami tidak tahu, apakah terkait dengan berita-berita yang ditulis,” ungkap kerabatnya seperti dimuat di sejumlah media.

LaNyalla Mattalitti yang dikenal akrab dengan wartawan, juga menyesalkan aksi penangkapan terhadap tiga anggota Pers Mahasiswa oleh Polisi Perairan dan Udara (Polairud) Polda Sulsel, saat mereka meliput aksi protes para nelayan Kodingareng pada 12 September lalu.

“Saya berharap Kapolda Sulsel dapat memberikan pemahaman kepada anggotanya untuk mengerti tugas-tugas jurnalistik yang dilakukan wartawan, termasuk Pers Mahasiswa, yang secara hukum dilindungi UU Pokok Pers. Sehingga kejadian seperti ini tidak perlu terulang,” tandasnya.

LaNyalla hadir ke redaksi harian Fajar untuk membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit yang menjadi aspirasi 21 provinsi penghasil Sawit di Indonesia. DPD RI memang mengusulkan untuk melakukan revisi atas UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Sejumlah Senator tampak mendampingi, di antaranya Ketua Komite IV DPD RI Sukiryanto, Wakil Ketua Komite II Bustami Zainuddin dan Lily Amelia Salurapa, Senator asal Sulawesi Selatan. Rombongan diterima langsung Direktur harian Fajar Faizal Syam di Graha Pena Makassar. (Abink)

———-

Renungan

Sifat Murka Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari

Termasuk iman kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah menetapkan semua sifat yang diberitakan oleh Allâh Azza wa Jalla dalam kitab-Nya, atau diberitakan oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan tanpa menyerupakannya dengan sifat para makhluk. Kita meyakini bahwa itu adalah sifat kesempurnaan.

Di antara sifat-sifat Allâh Azza wa Jalla yang disebutkan dalam al-Kitab dan as-Sunnah, adalah sifat ghadhab (murka). Banyak nash dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang menunjukkan hal ini.

DALIL-DALIL AL-QUR’AN

Ada banyak teks ayat al-Qur’an menunjukkan bahwa Allâh Azza wa Jalla memiliki sifat murka atau marah. Di antaranya adalah:

Firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allâh murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. [An-Nisâ/4: 93]

Dalam ayat ini, Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengancam orang yang sengaja membunuh seorang Mukmin dengan beberapa ancaman, antara lain Allâh Azza wa Jalla murka kepadanya. Dengan demikian, ayat ini menetapkan sifat murka bagi Allâh Azza wa Jalla. Dan tentu murka-Nya tidak sama dengan murka makhluk.

Juga firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala berkaitan dengan Bani Israil:

كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي ۖ وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَىٰ ﴿٨١﴾ وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ

Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepada kamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya dia binasa. Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar. [Thaha/20: 81-82]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Firman Allâh “dan janganlah melampaui batas padanya”, yaitu melampaui batas pada rezeki-Nya, maksudnya kamu mempergunakannya dalam kemaksiatan kepada-Nya dan kamu menyombongkan nikmat-Nya. Jika kamu melakukannya kemurkaan-Ku akan menimpamu, yaitu Aku murka kepadamu dan menyiksamu. “Firman Allâh ‘Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya dia binasa’, yaitu binasa, celaka, rugi. Karena dia tidak akan mendapatkan ridha dan ditimpa kemurkaan-Nya dan kerugian. Namun demikian, pintu taubat selalu terbuka walaupun seorang hamba melakukan berbagai macam kemaksiatan”. [Taisîr Karîmirrahmân, . Thaha/20:81-82]

Ayat yang mulia ini juga menetapkan sifat murka bagi Allâh Subhanahu wa Ta’ala .

DALIL-DALIL AL-HADITS

Banyak hadis yang memberitakan sifat murka bagi Allâh Azza wa Jalla . Di antaranya adalah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِنَّ اللَّهَ لَمَّا قَضَى الخَلْقَ، كَتَبَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ: إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau bersabda, “Sesungguhnya tatkala Allâh Azza wa Jalla menetapkan makhluk-Nya, Dia tulis di sisi-Nya di atas ‘arsy ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku’. [HR. Al-Bukhâri, no.7422, 7452]

Di dalam sebuah hadits yang sangat panjang berkaitan dengan syafa’at, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan perkataan Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa alihimussalam pada hari kiamat, bahwa mereka berkata:

إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ

Sesungguhnya Rabbku telah benar-benar murka pada hari ini, Dia tidak pernah murka sebelumnya seperti itu, dan tidak akan murka setelahnya seperti itu. [HR. Al-Bukhâri, no. 4712; Muslim, no. 194; dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

PENJELASAN PARA ULAMA

Tidak ada perbedaan pendapat para Ulama dalam masalah ini bahwa semua sifat yang diberitakan oleh Allâh Azza wa Jalla atau Rasul-Nya harus diimani, termasuk sifat murka. Tetapi kita tidak boleh menyamakannya dengan sifat murka manusia. Karena semua sifat Allâh Azza wa Jalla sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Asy-Syûrâ/42:11]

Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi t berkata dalam kitab akidah beliau yang terkenal:

وَاللَّهُ يَغْضَبُ وَيَرْضَى، لَا كَأَحَدٍ مِنَ الْوَرَى

Allâh bersifat murka dan ridha, tidak seperti (sifat) siapapun dari makhluk-Nya. [Syarah Aqîdah Ath-Thahawiyah, 2/684]

Imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi rahimahullah menjelaskan perkataan tersebut dengan menyatakan:

وَمَذْهَبُ السَّلَفِ وَسَائِرُ الْأَئِمَّةِ إِثْبَاتُ صِفَةِ الْغَضَبِ، وَالرِّضَى، وَالْعَدَاوَةِ، وَالْوِلَايَةِ، وَالْحُبِّ، وَالْبُغْضِ، وَنَحْوِ ذَلِكَ مِنَ الصِّفَاتِ، الَّتِي وَرَدَ بِهَا الْكِتَابُ وَالسَّنَةُ، وَمَنْعُ التَّأْوِيلِ الَّذِي يَصْرِفُهَا عَنْ حَقَائِقِهَا اللَّائِقَةِ بِاللَّهِ تَعَالَى.

Jalan Salaf dan seluruh imam (ulama panutan) adalah menetapkan (bagi Allâh) sifat murka, ridha, memusuhi, menolong, mencintai, membenci, dan sifat-sifat lainnya yang disebutkan di dalam al-Kitab (al-Qur’an) dan as-Sunnah (al-Hadits yang shahih). Dan melarang ta’wîl (merubah makna) yang menyimpangkan sifat-sifat dari hakekatnya yang pantas bagi Allâh Subhanahu wa Ta’ala . [Syarah Aqîdah ath-Thahawiyah, 2/685]

Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah berkata:

Kami meyakini tentang Rabb kami, bahwa Dia memiliki sifat murka yang Dia mengetahui hakekatnya, sedangkan kami tidak mengetahuinya. Kami menyerahkan hakekat (sifat) kepada Rabb kami. Jika seseorang bertanya kepada kami, “Apakah Rabb kita memiliki sifat murka?” Kami jawab, “Ya, kami beriman kepada Rabb yang memiliki sifat murka.”

Jika dia bertanya lagi, “Bagaimana (hakekat) Rabb kita murka?” Kami menjawab, “Murka secara bahasa sudah diketahui artinya, mengimaninya (yakni bahwa Allâh memiliki sifat murka) wajib, bertanya tentangnya bid’ah, dan hakekat (sifat murka Allâh) tidak diketahui (makhluk), itu di sisi Allâh kami tidak mengetahuinya. Allâh Azza wa Jalla memiliki sifat murka dengan cara yang pantas dengan keagungan-Nya dan kesempurnaanNya”. [Kitab Tauhid Ibnu Khuzaimah]

Imam Ibnul Qayyim berkata:

Siksa Allâh hanyalah muncul dari sifat murka-Nya, dan tidaklah neraka dinyalakan kecuali karena sebab murka-Nya. [Hadil Arwah ilaa Biladil Afrah, hlm. 371]

SIAPA ORANG-ORANG YANG ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA MURKAI?

Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan dalam kitab-Nya, bahwa Dia murka kepada orang-orang yang menyelisihi syari’atNya, seperti orang-orang kafir, munfik dan lainnya.

Di antara orang-orang yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala murkai adalah orang-orang Yahudi.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah mengajarkan doa yang paling bermanfaat kepada para hamba-Nya dalam surat Al-Fâtihah:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. [Al-Fâtihah/1:6-7)

Firman Allâh ”bukan (jalan) mereka yang dimurkai”, yaitu orang-orang yang mengetahui al-haq tapi mereka meninggalkannya, seperti orang-orang Yahudi dan semacamnya. ”dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”, yaitu orang-orang yang meninggalkan al-haq karena kebodohan dan kesesatan, seperti orang-orang Nashara dan semacamnya. [Tafsir Taisîr al-Karîmirrahmân, surat al-Fâtihah]

Hal ini juga telah dijelaskan di dalam hadits dari ‘Adi bin Hatim, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِنَّ الْيَهُودَ مَغْضُوبٌ عَلَيْهِمْ وَإِنَّ النَّصَارَى ضُلَّالٌ

Sesungguhnya orang-orang Yahudi dimurkai, dan orang-orang Nashara adalah orang-orang yang sesat. Aku mengatakan, “Sesungguhnya aku datang sebagai orang Islam”. Maka aku melihat wajah Beliau n membentang karena gembira”. [HR. Tirmidzi, no. 2954. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

“Sesungguhnya jalan ahlul iman (orang-orang yang beriman) itu meliputi pengetahuan (ilmu) terhadap al-haq dan mengamalkannya. Orang-orang Yahudi kehilangan amal, sedangkan orang-orang Nashara kehilangan ilmu. Oleh karenanya, kemurkaan (Allâh) untuk Yahudi dan kesesatan untuk Nashara. Karena orang yang telah mengetahui (al-haq) kemudian meninggalkan berhak untuk dimurkai, berbeda dengan orang yang belum mengetahui.

Adapun orang-orang Nashara, mereka menuju sesuatu, tetapi tidak mengikuti petunjuk jalan, karena mereka tidak mendatangi suatu urusan melalui pintunya, yaitu mengikuti al-haq, sehingga mereka menjadi sesat. Dan mereka semua, Yahudi dan Nashara, sesat dan dimurkai. Tetapi sifat yang paling khusus bagi Yahudi adalah kemurkaan (Allâh), sebagaimana Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang mereka:

مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ

Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allâh. [Al-Maidah/5: 60]

Dan sifat yang paling khusus bagi Nashara adalah kesesatan, sebagaimana Allâh berfirman tentang mereka:

قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Nabi Muhammad n ) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”. [Al-Mâidah/5: 77]

Demikian pula hadits-hadits dan riwayat-riwayat menyebutkan hal ini”. [Tafsir Al-Qur’ânul ‘Azhîm]

Termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Allâh adalah orang yang sengaja membunuh orang Mukmin, sebagaimana di dalam ayat yang telah kami sebutkan. [An-Nisa/4: 93]

Dan lain-lain yang dijelaskan oleh Allâh di dalam kitabNya dan oleh Rasul-Nya di dalam hadits-hadits yang shahih.

JIKA BERTAUBAT, AKAN DITERIMA

Yang perlu diketahui juga bahwa jika seorang manusia telah melakukan perkara yang menyebabkan kemurkaan Allâh Azza wa Jalla , lalu dia bertaubat dengan benar, maka Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan menerima taubatnya. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Asy-Syura/42: 25]

Wallâhu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XX/1438H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]