Baksos Bojonegoro 1

Komascipol DPD Bojonegoro Baksos Rutin Sebulan Sekali Bersinergi Bersama TNI Polri Membagikan Beras Kepada Kaum Du’afa Korban Covid-19 Dan Anak Yatim

Baksos Bojonegoro 4mascipoldotcom – Ahad, 29 Nopember 2020 (14 Rabiul Akhir 1442 H)

Bojonegoro – Komascipol-Kombat TNI Polri & Abdi Negara dan Pengurus lainnya baik DPP, DPW dan DPD seluruh Indonesia dibawah kendali Koordinator Nasional Ustadz Abu Munzier Hafizdohulloh dan Ketua Umum Bagus Sojoko telah komitmen dan mengintruksikan untuk mendukung penuh Program Pemerintah pada bidang ketahanan pangan Nasional yang dicanangkan langsung oleh Panglima TNI Marsekal TNI Dr. (H.C.) Hadi Tjahjanto, S.I.P. dan Kapolri Jenderal Pol Drs. Idham Azis, M.Si.

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Pol Idham Azis saat itu meresmikan Program Kampung Tangguh Nusantara di objek wisata Aquaculture Mangrove Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (9/7/2020).

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengungkapkan bahwa “Acara yang bertajuk Masyarakat Produktif Wujudkan Ketahanan Pangan merupakan tindak lanjut arahan Presiden RI Joko Widodo untuk meningkatkan sinergitas TNI-Polri sebagai penggerak dan pembantu ekonomi masyarakat di masa pandemi Covid-19”.

Baksos Bojonegoro 5Secara rutin minimal satu bulan sekali Program Pemerintah pada bidang ketahanan pangan Nasional telah dilaksanakan oleh pengurus Komascipol-Kombat TNI Polri & Abdi Negara seluruh Indonesia, baik tingkat DPP atau tingkat Pusat, DPW atau tingkat Propinsi maupun tingkat DPD atau Tingkat Kota atau Kabupaten.

“Bakti Sosial pembagian paket sembako yang dilakukan oleh pengurus Komascipol-Kombat TNI Polri & Abdi Negara baik tingkat DPW maupun tingkat DPD merupakan wujudkan dukungan ketahanan pangan yang merupakan tindak lanjut dari arahan Bapak Presiden RI Ir. Joko Widodo untuk meningkatkan sinergitas TNI-Polri sebagai penggerak dan pembantu ekonomi masyarakat di masa pandemi Covid-19”. ungkap Kornas Mascipol Indonesia Ustadz Abu Munzier Hafizdohulloh, Ahad, 29/11/2020, pukul 13.30 WIB.

Program kerja Komascipol-Kombat TNI Polri & Abdi Negara bukan hanya baksos pada masyarakat terdampak wabah covid-19 saja akan tetapi menjangkau sampai kedesa-desa khususnya pada korban bencana alam lainnya yang selalu bersinergi bersama TNI dan Polri yang merupakan bagian upaya inovasi mencegah meluasnya dampak dari wabah Covid-19.

Baksos Bojonegoro 6“Kami selalu bersinergi bersama TNI dan Polri serta Abdi Negara lainnya, memberikan himbauan agar masyarakat patuh dan taat dengan himbauan pemerintah dan penerapan protokol kesehatan, keamanan, dan sosial ekonomi secara ketat dalam kehidupan “Adaptasi Kehidupan Baru (AKB), guna mencegah meluasnya penularan Covid-19 ” yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik dilingkungan pengurus maupun di daerah bencana, sesuai Inpres Nomor 6 tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 yang diterbitkan pada 4 Agustus 2020,”. imbuh Ustadz Abu Munzier selaku Kornas Mascipol Indonesia-Sahabat TNI Polri & Abdi Negara.

Masih menurut Kornas Komascipol-Kombat TNI Polri & Abdi Negara, “Dalam pelaksanaan program kerja ketahanan pangan ini yang telah di wujudkan dengan bakti sosial pembagian paket sembako, paket daging dan beras minimal 5 Kg dan masker dengan melibatkan dan sinergitas bersama TNI dan Polri, kami juga bersinergi bersama perangkat desa setempat, baik Ketua RT maupun Ketua RW dan perangkat desa lainnya”. sambung Kornas.

Baksos Bojonegoro 7Sesuai arahan Bapak Presiden Ir. Joko Widodo melalui Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jendreral Polisi Idam Azis, mengatakan bahwa kesediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu harus tetap terjaga.

“Agar warga masyarakat khususnya kaum du’afa dilingkungan pengurus Komascipol-Kombat TNI Polri & Abdi Negara seluruh Indonesia dan tetap dapat makan, maka minimal setiap bulan sekali kami anjurkan para pengurus untuk menyambangi warga khususnya kaum duafa walau hanya dapat membantu minimal 5 Kg beras”. papar Kornas.

Sebagai mana yang telah dilakukan pengurus DPD Bojonegoro telah melakukan pembagian 80 paket beras kepada kelurga dhuafa disekitar Masjid Ibnu Abbas Sembung Kapas Bojonegoro, bersinergi bersama TNI dan Polri Bojonegoro.

“Ahad 29 Nopember 2020 pukul.10:00 WIB – 12:00 WIB. KOMASCIPOL DPD BOJONEGORO bekerjasama dengan DKM Masjid Ibnu Abbas dan Yayasan Mutiara Sunnah Bojonegoro bersinergi dengan TNI dan POLRI dan aparat desa Ketua RT setempat melakukan kegiatan baksos pembagian 80 paket beras untuk fakir miskin dan pembagian infaq kepada anak yatim di sekitar Masjid Ibnu Abbas sembung kapas Bojonegoro”. sambung Ketua Umum Komascipol-Kombat TNI Polri & Abdi Negara, Bagus Sujoko

Baksos Bojonegoro 9“Pembagian ke 80 Paket beras dipimpin langsung oleh ketua Komascipol-Kombat TNI Polri & Abdi Negara DPD Bojonegoro Bapak. Muhammad Khoirul Anam dan dalam pengawasan Pembina Bapak. Nouval Baswedan dan Ustadz Ahmad Burhanudin”. tutup Kornas.

———-

Renungan

 

MARI BERBUAT BAIK SELALU

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. [Yûnus/10:26]

PENJELASAN AYAT

Makna Ihsân (al-Ihsân)
Al-Ihsân, ialah lawan kata (antonim) dari al-isâ`ah (perbuatan jelek). Maknanya, melakukan perbuatan yang baik. Dalam terminologi syariat didefinisikan dengan “melaksanakan aturan syariat dengan sebaik-baiknya”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memaparkan hakikat ihsân dalam hadits Jibrîl Alaihissallam yang sudah popular, yaitu:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tak melihat-Nya, (yakinlah) bahwa Dia (Allah) menyaksikanmu. [HR al-Bukhâri dan Muslim]

Pengertian sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, seperti diungkapkan oleh Syaikh ‘Abdul-Muhsin al-‘Abbâd –hafizhahullah- ialah seseorang menjalankan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seakan-akan ia berdiri tepat di hadapan-Nya. Penghayatan ini akan mendatangkan khasy-yah (rasa takut) dan inabah (ingin selalu kembali mendekat, bertaubat) kepada-Nya. Juga memotivasi agar ibadah itu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Radhiyallahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[1]

Perhatian Islam Terhadap al-Ihsân

Salah satu yang menunjukkan betapa besar perhatian Islam dalam masalah al-ihsan (perbuatan baik) dan tingginya kedudukan amalan ini, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan dalam kitab-Nya bahwa Dia mencintai kaum muhsiniin (orang-orang yang berbuat baik) dan bersama mereka. Dengan kedudukannya ini, maka cukuplah bagi mereka untuk mendapatkan kemuliaan dan keutamaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

…… dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. [al-Baqarah/2:195].

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. [an-Nahl/16:128].

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [al-‘Ankabût/29:69].

Di ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa adanya semua ujian yang didatangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu, semata-mata ditujukan untuk mencari insan-insan dengan amalan terbaik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. [al-Mulk/67:2].

Kebaikan Dibalas Kebaikan

Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini, dan ia beriman kepada Allah Rabbul ‘Alamin serta mengerjakan amal shalih, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kabar gembira, bahwasanya perbuatan ihsaan mereka akan menjadi jaminan jaminan berguna di akhirat kelak. Kabar gembira ini merupakan salah satu hiburan dan memotivasi seorang muslim bahwa sebagai pelaku kebaikan, maka waktu yang ia korbankan, fisik yang kepayahan, pikiran yang terkuras, dan materi yang terpakai di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala ; semua itu tidak sia-sia. di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala , dan kelak akan membuahkan hasil yang menyenangkan.

Menurut Imam Ibnu Katsîr rahimahullah, bahwa dengan ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin mengabarkan, orang-orang yang berbuat ihsân di dunia dengan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengerjakan amalan shalih, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalasnya dengan al-husna (kebaikan-kebaikan) di akhirat kelak. Kepastian ini berdasarkan firman Allah dalam surat ar-Rahmân/55 ayat 60, yang artinya: Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).[2] Dan sebagian ulama memaknai al-husna dalam ayat di atas dengan arti jannah (surga) [3]. Nas`alullah min fadhlihi wa karamih.

Tambahan Anugerah, Melihat Wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala
Selain limpahan nikmat tak terkira di dalam Jannah, mereka juga memperoleh nikmat seperti yang terkandung dalam kata az-Ziyâdah (anugerah tambahan).

Dikatakan oleh Imam Ibnu Katsîr rahimahullah , tambahan yang dimaksud ialah pelipatgandaan pahala amalan-amalan baik itu sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Termasuk nikmat lainnya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada mereka di surga, berupa istana, bidadari, keridhaan, serta segala yang belum disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala . Semua kenikmatan itu akan menjadi sumber penyejuk mata.

Kenikmatan yang paling utama dan tertinggi, yaitu melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mulia. Itu merupakan anugerah tambahan yang lebih agung dari seluruh yang mereka dapatkan. Diraihnya kenikmatan itu bukan lantaran amalan mereka, akan tetapi lantaran kemurahan dan rahmat Allah [4]. Disebutkan dalam hadits Shuhaib ar-Rûmi, Radhiyallahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنْ النَّارِ قَالَ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ(ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ )

Apabila penghuni surga telah memasuki surga, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Apakah kalian menginginkan sesuatu, (dengan itu) Aku menambah (nikmat) kalian?” Mereka menjawab: “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami, bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam jannah dan menyelamatkan kami dari neraka?” Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka tabir penutup. Tidaklah mereka menerima kenikmatan yang lebih mereka sukai dibandingkan nikmat melihat Rabb mereka. Lantas Radhiyallahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat di atas.[5]

Sementara itu, dengan berpegangan pada bentuk kata ziyâdah yang bersifat umum -karena berbentuk nakirah- Imam ath-Thabari rahimahullah menguatkan makna tambahan tersebut sesuai dengan bentuk keumuman lafazhnya seperti: melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala , kamar-kamar yang terbuat dari permata, ampunan dan ridha-Nya. Semua itu akan dihimpun bagi mereka. Nas`alullah min fadhlihi wa karamih.[6]

Wajah-Wajah Berseri Tanpa Kesedihan

Para penerima balasan besar di atas akan memperoleh momentum yang sangat membahagiakan. Yakni, dikala orang-orang terhimpit kesusahan dan kepahitan lantaran amal perbuatannya yang buruk di dunia ini, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan perihal wajah orang-orang yang berbuat ihsân dengan berfirman:

وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ

(Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan – [Yûnus/10 ayat 26]

Tidak ada kesedihan atau kegelapan yang menyelimuti wajah mereka hingga nampak seperti orang yang sedang bersedih [7]. Akan tetapi, yang nampak hanyalah keceriaan dan kebahagiaan pada wajah-wajah mereka.

Imam al-Qurthubi rahimahullah mengarahkan makna ini, saat mereka berada di padang Mahsyar. Kata beliau: “Debu tidak menutupi wajah mereka saat dihimpun menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala , begitu pula kehinaan tidak menyelimuti mereka”.[8] Begitu juga pandangan Imam Ibnu Katsiir.[9]

Dalam beberapa ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan keadaan mereka dengan berfirman yang artinya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka. Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari Kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu”. [al-Anbiyâ`/21 ayat 101-103].

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. [Fushshilat/41:30].

Keadaan mereka seperti yang telah dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat berikut ini:

فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَٰلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا

Maka Rabb memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. [al-Insân/76:11].

Keadaan yang menyenangkan ini, sangat jauh berbeda dengan kaum kuffâr maupun para pelaku kejahatan, yang dipenuhi oleh kehitaman dan debu-debu hitam. Salah satu ayat yang menerangkan kondisi penampilan wajah mereka, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di surat yang sama, yang merupakan kelanjutan ayat di atas :

وَالَّذِينَ كَسَبُوا السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ۖ مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ ۖ كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan, (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang perlindungan-pun dari (adzab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [Yûnus/10:27].

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu. Dan ditutupi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka. [‘Abasa/80:40-43].

Mendapatkan Nikmat yang Kekal

وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ

Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. [Yûnus/10:26].

Orang-orang yang disebutkan sifat-sifatnya itu, mereka adalah para penghuni Jannah dan para penduduknya, yang berada di dalamnya. Mereka tinggal abadi di dalamnya. Tempat itu tidak hancur, hingga mereka tidak akan mengkhawatirkan sirnanya nikmat itu. Mereka juga tidak akan dikeluarkan darinya, hingga berakibat kehidupan mereka berubah menjadi sengsara. [10]

PELAJARAN DARI AYAT
1. Keutamaan perbuatan baik.
2. Perbuataan baik akan mendatangkan al-husna (kebaikan).
3. Penetapan hari Kebangkitan dan hari Pembalasan.
4. Kemurahan Allah yang sangat luas bagi para hamba-Nya yang beriman

Marâji`:

1. Al-Jâmi li Ahkâmil-Qur`ân (Tafsir al-Qurthubi), Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad al- Anshâri al-Qurthubi, Tahqîq: ‘Abdur-Razzâq al-Mahdi, Dârul-Kitâbil-‘Arabi, Cetakan IV, Tahun 1422 H – 2001 M.
2. Jâmi’ul-Bayân ‘an Ta`wil Ay Al-Qur`ân, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Dar Ibnu Hazm, Cetakan I, Tahun 1423 H – 2002 M.
3. Kutub wa Rasâ`il, ‘Abdul-Muhsin al-Abbâd al-Badr.
4. Ma’âlimut-Tanzîl, Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ûd al-Baghawi, Tahqîq dan Takhrîj: Muhammad ‘Abdullah an-Namr, ‘Utsmân Jum’ah Dhumairiyyah, dan Sulaimân Muslim al-Kharsy Dâr Thaibah, Tahun 1411 H.
5. Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm, al-Hâfizh Abul-Fidâ Ismâ’îl bin ‘Umar bin Katsîr al-Qurasyi, Tahqîq: Sâmi bin Muhammad as-Salâmah, Dar Thaibah, Cetakan I, Tahun 1422 H – 2002 M.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XII/Rajab 1432/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Kutub wa Rasâ`il, ‘Abdul-Muhsin al-Abbâd al-Badr, 6/170.
[2]. Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm, al-Hâfizh Abul-Fidâ Ismâ’îl bin ‘Umar bin Katsîr al-Qurasyi, 4/226.
[3]. Lihat Jâmi’ul-Bayân ‘an Ta`wil Ay Al-Qur`ân, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Dar Ibnu Hazm (11/137), Ma’âlimut-Tanzîl (4/130)
[4]. Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm, 4/262.
[5]. HR Muslim, at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Abi Hâtim, Ibnu Khuzaimah. Nukilan dari at-Tafsîrush Shahîh, 3/314.
[6]. Jâmi’ul-Bayân ‘an Ta`wil Ay Al-Qur`ân, 11/137.
[7]. Ibid.
[8]. Al-Jâmi li Ahkâmil-Qur`ân, 8/299.
[9]. Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm, 4/263.
[10]. Jâmi’ul-Bayân ‘an Ta`wil Ay Al-Qur`ân, 11/137.