mascipoldotcom, Rabu, 28 Juli 2021 (18 Dzulhijjah 1442 H)
Jakarta – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melalui Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) mendukung penuh program vaksinasi Covid-19 bagi penduduk penyandang disabilitas.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Dukcapil Kemendagri, Zudan Arif Fakrulloh, kala menghadiri Rakor ” Pendataan pelaksanaan program vaksinasi penyandang Disabilitas di Jawa-Bali,” yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (27/07/2021)
Zudan mengatakan, program vaksinasi bagi penyandang disabilitas dapat terkendala. Tidak jarang penduduk penyandang disabilitas, khususnya yang tinggal di rumah singgah atau panti asuhan dsb, tidak memiliki NIK karena adanya ketidakpastian domisili.
“Oleh karena itu, perlu dipastikan terlebih dahulu di mana penduduk yang bersangkutan itu tinggal, apakah bersama saudaranya atau di panti asuhan,” ujar Zudan.
“Solusinya, bagi yang tinggal di panti asuhan, agar dibuatkan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani kepala panti asuhan tersebut. Dengan demikian, Dinas Dukcapil setempat dapat menerbitkan Kartu Keluarga yang isinya adalah nama-nama penghuni panti asuhan beserta NIK-nya,” tambah Zudan merinci.
Sebelumnya, Dukcapil pusat dan daerah telah sering melakukan kegiatan jemput bola untuk melakukan pendataan penduduk. Berbagai kebutuhan dokumen kependudukan dilayani langsung di depan pintu rumah masyarakat dalam rangka memenuhi identitas penduduk.
Hanya saja, kegiatan tersebut sementara dihentikan pasca Covid-19 mewabah di Indonesia. Masyarakat menjadi khawatir, kegiatan jemput bola tersebut justru memicu terbentuknya kluster penyebaran Covid-19 akibat kerumunan masa.
“Guna memenuhi identitas penyandang disabilitas di tengah pandemi, kami memberi saran agar Dinas Dukcapil daerah pro-aktif memberikan berkas F-1.01 kepada tiap-tiap panti asuhan untuk dilakukan pengisian biodata sehingga dokumen kependudukan lainnya dapat diterbitkan secara bertahap tanpa khawatir terjadi tatap muka yang menyebabkan penularan Covid-19,” ucap Zudan.(Ezl) Sumber : Puspen Kemendagri, (Muhairo)
———-
Renungan
Pertanyaan.
Seorang perempuan mengajukan pertanyaan : Saya membaca hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam :
إنَّ أحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أربَعِينَ يَوماً نُطْفَةً ، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلِكَ ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلِكَ ، ثُمَّ يُرْسَلُ المَلَكُ ، فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ ، وَيُؤْمَرُ بِأرْبَعِ كَلِمَاتٍ : بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ . فَوَالَّذِي لا إلهَ غَيْرُهُ إنَّ أحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وبيْنَهَا إلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ النَّارِ فَيدْخُلُهَا ، وَإنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاَّ ذراعٌ ، فَيَسْبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ فَيعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
Sungguh, salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk setetes mani; lalu menjadi segumpal darah dalam rentang waktu seperti itu juga, lalu menjadi segumpal daging dalam rentang itu juga, kemudian diutus kepadanya malaikat, lalu ia meniupkan ruh ke dalamnya, dan ia diperintahkan untuk menulis 4 ketentuan: ditentukan rezekinya, ajalnya, dan amalnya, serta apakah ia ia akan celaka atau bahagia.
Demi Dzat Yang tidak ada sesembahan yang hak selain Dia! Sungguh, ada seseorang benar-benar melakukan amalan ahli surga, hingga jarak antara dirinya dengan surga tinggal satu hasta, namun ketentuan takdir Allâh telah mendahuluinya, sehingga iapun melakukan amalan ahli neraka, hingga ia pun masuk ke neraka. Dan sungguh, ada seseorang benar-benar melakukan amalan ahli neraka, hingga jarak antara dia dengan neraka tinggal satu hasta, namun ketentuan takdir Allâh telah mendahuluinya; sehingga iapun melakukan amalan ahli surga, lalu iapun masuk ke surga. [1]
Semenjak saya membaca hadits tersebut, saya merasa resah dan takut. Kalau Allâh telah menentukan nasib diriku sebelum aku dilahirkan, dan telah menentukan tempat kembaliku kelak, maka amal yang saya kerjakan tidak akan berguna ; ibadah yang saya jalankan pun tiada berguna. Saya memohon kepada syaikh agar sudi kiranya untuk menjawab pertanyaan saya ini. Mengingat saya sangat resah dan galau.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjawab:
Mengenai faidah dari hal tersebut (beramal meski takdir telah dituliskan), telah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa salam tunjukkan dalam sabda beliau kepada Sahabatnya:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنْ النَّارِ أَوْ مِنْ الْجَنَّةِ
Tidak ada seorangpun dari kalian melainkan telah dituliskan tempat duduknya di neraka atau di surga.”
Para Sahabat bertanya: “Ya Rasûlullâh, kalau begitu tidakkah kita meninggalkan amalan, dan kita pasrah saja pada suratan takdir?” Beliau pun menjawab:
اعْمَلُوا ؛ فكلٌّ مُيَسرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ
“Beramallah! Karena semua orang dimudahkan untuk melakukan apa yang menjadi tujuan ia diciptakan.”[2]
Maka dari itu, engkau harus berbuat amalan ketaatan; dan mohonlah kepada Allâh agar diberi ketegaran di atas agama ini dan ikhlas dalam mengamalkannya! Dan saudari harus berusaha agar amalan saudari adalah amalan yang shalih. Kemudian setelah melakukan hal ini, maka hadirkan persangkaan yang baik terhadap Allâh! dan bahwa Allâh akan menerima amalanmu, sehingga engkau pun menjadi golongan orang-orang yang berbahagia.
Hal seperti ini kita terapkan dalam semua nash yang berbicara tentang qadha dan qadar; dan bahwa manusia diperintahkan untuk menunaikan apa yang telah Allâh Subhanahu wa Ta’alaperintahkan kepadanya; dan meminta pertolongan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian ia telah menghimpun antara ibadah dan tawakkal kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Inilah yang diperintahkan Allâh dalam Kitab-Nya:
Baca Juga Berhati-Hati Dalam Memberi Fatwa
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dan hanya kepada-Nya dikembalikan semua urusan, maka beribadahlah kepada-Nya, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.[Hud /11: 123].
Dan inilah yang diucapkan setiap Muslim dalam shalatnya:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan [Al-Fâtihah/ 1: 5]
Oleh karena itu, mohonlah pertolongan kepada Allâh, dan jangan sampai Saudari terlena dengan godaan syaitan. Sebab syaitan tak jemu-jemunya membisikkan kepada manusia: amalmu tidak diterima, atau engkau adalah orang yang celaka, atau engkau termasuk penghuni neraka, serta ungkapan-ungkapan yang serupa.
Ini semua adalah di antara bentuk bisikan dan gangguan syetan. Kita berlindung kepada Allâh dari segala godaan syetan. Dan Allâh Yang Maha memberikan taufiq.
(Fatâwâ Manâr al-Islâm 1: 18)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XXI/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1] HR. al-Bukhâri 3208 kitab bad’il khlaqi; juga Muslim 2643 kitab al-qadr.
[2] HR. al-Bukhâri 4949 kitab tafsir dan no 6217 kitab al-adab; juga Muslim 2647 kitab al-qadr.