mascipoldotcom, Ahad, 15 Nopember 2020 (29 Rabi’ul Awwal 1442 H)
Jakarta – Baru saja mendengar Syaikh Ali Hasan Al-Halabi wafat, semasa hidup, beliau rahimahullah salah satu ulama yang sering kami pelajari kitabnya dan sering kami dengar ceramahnya, khususnya dalam kajian ilmiyah yang membahas dan penjabaran betapa bahayanya paham radiakal paham teroris dan paham-paham sesat lainnya yang penganutnya tidak menyadari telah merusak kemurnian Islam
Sungguh membuat hati cukup sedih jika mendengar berita wafatnya ulama, terlebih ulama tersebut adalah ulama ahlus sunnah wal jamaah yang sangat giat, belajar, berdakwah dan memberikan pencerahan yang banyak kepada manusia
Ayyub rahimahullah pernah berkata,
إني أُخبر بموت الرجل من أهل السنة وكأني أفقد بعض أعضائي
“Sesungguhnya aku diberitakan mengenai wafatnya seorang ahlus sunnah, seakan-akan aku kehilangan sebagian anggota tubuhku”. [Hilyah Al-Auliya 3/9]
Dengan wafatnya ulama, berarti Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mulai mengangkat ilmu dari manusia.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah menganggkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“[HR. Bukhari]
An-Nawawi rahimahullahmenjelaskan,
ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻳﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻘﺒﺾ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻓﻲ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﺍﻟﻤﻄﻠﻘﺔ ﻟﻴﺲ ﻫﻮ ﻣﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﺻﺪﻭﺭ ﺣﻔﺎﻇﻪ ، ﻭﻟﻜﻦ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﺃﻧﻪ ﻳﻤﻮﺕ ﺣﻤﻠﺘﻪ ، ﻭﻳﺘﺨﺬ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺟﻬﺎﻻ ﻳﺤﻜﻤﻮﻥ ﺑﺠﻬﺎﻻﺗﻬﻢ ﻓﻴﻀﻠﻮﻥ ﻭﻳﻀﻠﻮﻥ .
“Hadits ini menjelaskan bahwa maksud diangkatnya ilmu yaitu sebagaimana pada hadits-hadits sebelumnya secara mutlak. Bukanlah menghapuskannya dari dada para penghapalnya, akan tetapi maknanya adalah wafatnya para pemilik ilmu tersebut. Manusia kemudian menjadikan orang-orang bodoh untuk memutuskan hukum sesuatu dengan kebodohan mereka. Akhirnya mereka pun sesat dan menyesatkan orang lain”.[Syarh Nawawi lishahih Muslim 16/223-224]
Para ulama pasti akan Allah wafatkan karena setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Hendaknya kita terus semangat mempelajari ilmu dan mengamalkannya. Shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahuberkata,
ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺮﻓﻊ ﻭﺭﻓﻌﻪ ﻣﻮﺕ ﺭﻭﺍﺗﻪ، ﻓﻮﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻲ ﺑﻴﺪﻩ ﻟﻴﻮﺩّﻥّ ﺭﺟﺎﻝ ﻗﺘﻠﻮﺍ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺷﻬﺪﺍﺀ ﺃﻥ ﻳﺒﻌﺜﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﻟﻤﺎ ﻳﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﻛﺮﺍﻣﺘﻬﻢ، ﻓﺈﻥ ﺃﺣﺪﺍ ﻟﻢ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻟﺘﻌﻠﻢ
“Wajib atas kalian untuk menuntut ilmu, sebelum ilmu tersebut diangkat/dihilangkan. Hilangnya ilmu adalah dengan wafatnya para periwayatnya/ulama. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh orang-orang yang terbunuh di jalan Allah sebagai syuhada, mereka sangat menginginkan agar Allah membangkitkan mereka dengan kedudukan seperti kedudukannya para ulama, karena mereka melihat begitu besarnya kemuliaan para ulama. Sungguh tidak ada seorang pun yang dilahirkan dalam keadaan sudah berilmu. Ilmu itu tidak lain didapat dengan cara belajar .”[Al-’Imu Ibnu Qayyim, hal. 94]
Mari kita semakin semangat menuntut ilmu, menyebarkan dan mengamalkannya, karena hilangnya ilmu agama merupakan tanda-tanda akhir zaman dan dekatnya zaman fitnah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻳَﺘَﻘَﺎﺭَﺏُ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥُ ﻭَﻳُﻘْﺒَﺾُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢُ ﻭَﺗَﻈْﻬَﺮُ ﺍﻟْﻔِﺘَﻦُ ﻭَﻳُﻠْﻘَﻰ ﺍﻟﺸُّﺢُّ ﻭَﻳَﻜْﺜُﺮُ ﺍﻟْﻬَﺮْﺝُ
“Zaman saling berdekatan, ilmu dihilangkan, berbagai fitnah bermunculan, kebakhilan dilemparkan (ke dalam hati), dan pembunuhan semakin banyak.“[HR. Muslim]
Termasuk tanda kiamat yang sudah cukup dekat adalah diangkatnya ilmu dan kebodohan yang merajalela.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻣﻦ ﺃﺷﺮﺍﻁ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ ﺃﻥ ﻳُﺮْﻓَﻊَ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻭﻳَﺜْﺒُﺖَ ﺍﻟﺠﻬﻞُ
“Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan tetapnya kebodohan.“[HR. Bukhari]
Allah Ta’ala berfirman :
ﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ ۗ
“Hanyalah yang memiliki khasy-yah (takut) kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya adalah para ‘ulama.” [Fathir : 28] (Ustadz Raehanul Bahraen hafizdohullah).
Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, Seorang Ulama yang gigih memberantas paham radikal dan paham terorisme di Indonesia, diundang langsung oleh BNPT yang didampingi langsung oleh Ustadz Abdur Rahman Ayyub rahimahullah staf ahli BNPT sekaligus Kordinator Nasional Komunitas Masyarakat Cinta Polri (Komascipol)
Syaikh Ali Hasan Al-Halabi yang diundang langsung oleh BNPT seorang ulama asal Yordania dan Mesir untuk melakukan diskusi dalam program deradikalisasi napi teroris di Nusakambangan.
Upaya deradikalisasi untuk meluruskan paham radikal yang dianut oleh para tersangka teroris di lapas Nusakambangan telah dilakukan oleh pemerintah selama bertahun-tahun, salah satunya adalah dengan mendatangkan Syaikh Ali Hasan Al-Halabi ulama asal Yordania dan Mesir untuk meluruskan para napi terorisme.
Sebagaimana yang telah di lansir cnnindonesia.com pada Selasa, 24/03/2015, pukul 11:58 WIB, menyebutkan “Pada akhir 2013 lalu saat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, BNPT, mengundang ulama Yordania Syeikh Ali Hasan Al-Halabi untuk berdiskusi dengan sekitar 40 napi teroris di empat lapas Nusakambangan, di antaranya adalah Aman Abdurrahman yang divonis sembilan tahun penjara pada 2010 karena terbukti membantu pelatihan militer di Pegunungan Jalin Jantho Aceh Besar”.
Menurut Syeikh Ali Hasan Al-Halabi rahimahullah yang disampaikan melalui Ustadz Abdur Rahman Ayyub rahimahullah menyebutkan bahwa pada pertemuan tersebut, Aman Abdurrahman yang paling keras perlawanannya terhadap argumentasi yang disampaikan oleh Syeikh Ali Hasan Al-Halabi.
“Kami sudah sekitar 20 kali datang ke Indonesia, empat kali atas undangan BNPT, dalam dua tahun terakhir, kami bertemu dengan Aman Abdurrahman, namun penerimaan dia tidak begitu baik,” kata Syeikh Ali Hasan Al-Halabi kepada CNN Indonesia, Senin (23/3/2015).
Abdurrahman, lanjut Syeikh Ali Hasan Al-Halabi, mengaku paling benar dan menuduh Syeikh Ali Hasan Al-Halabi adalah intel pemerintah Indonesia.
Kornas Komascipol Ustadz Abdul Rahmah Ayub rahimahullah adalah mantan anggota Jemaah Islamiyah yang ditugaskan oleh BNPT untuk mendampingi Syeikh Ali Hasan Al-Halabi saat itu, melanjutkan keterangannya bahwa telah terjadi perpecahan antara beberapa tersangka teroris di Nusakambangan, Aman Abdurrahman memang tidak ingin bicara, namun beberapa napi lainnya mendengarkan.
“Aman Abdurrohman sempat keras, namun ditegur oleh napi lainnya, yang mengatakan ‘jangan hiraukan dia, terus bicara syeikh’, mungkin Aman Abdurrahman khawatir dia kalah debat di depan pengikutnya sehingga tidak terjadi dialog yang panjang, namun ada yang duduk sampai selesai,” lanjut Ustazd Abdur Rahman Ayyub rahimahullah.
Beberapa napi, lanjut Ustadz Abdur Rahman Ayyub, mengaku sudah insyaf dan menyadari kekeliruan pemahamannya setelah berdialog, beberapa bahkan menangis saat tahu bahwa apa yang mereka pahami selama ini telah menyimpang dari ajaran Islam yang sesungguhnya.
“Ada yang sampai menangis dan minta didoakan oleh Syeikh agar saat keluar bisa kembali menjalani kehidupan normal, Saya tidak bisa menyebut namanya, bisa berbahaya bagi dia,” sambung Ustadz Abdur Rahman Ayyub rahimahullah.
Syeikh Ali Hasan Al-Halabi rahimahullah sendiri belum sempat bertemu Abu Bakar Baasyir, Ustadz Abdur Rahman Ayyub rahimahullah mengatakan, ulama asal Mesir yang sempat berdialog dengan Abu Bakar Baasyir adalah Dr. Amru Al-Wardani. “Abu Bakar Baasyir senang berdialog dengan Wardani bahkan minta mufti Mesir itu didatangkan lagi,” kata Ustadz Abdur Rahman Ayyub rahimahullah.
Syeikh Ali Hasan Al-Halabi mengatakan bahwa para napi teroris ini masih bisa diluruskan pemahamannya yang menyimpang, selama 10-14 kali pertemuan.
“Sebagian mereka adalah orang yang miskin, lemah secara ekonomi, lemah secara ilmu dan intelektual. Melalui diskusi dan dialog terbuka, mereka bisa sembuh, bisa kembali pada ajaran Islam yang benar,” Syeikh Ali Hasan Al-Halabi rahimahullah melalui ustadz Abdurahman Ayyub rahimahullah Kornas Komascipol memungkas keterangannya.
Sekilas tentang Syaikh Ali Hasan al-Halabi rahimahullah
Beliau dilahirkan di kota Zarqo, Yordania pada 29 Jumadil Tsani 1380 H (1960 M). nama beliau adalah Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al-Yafi al-Halabi al-Atsari. Al-Yafi nisbat pada tempat asal beliau (jaffa, dibarat daya Palestina). Al-Halabi nisbat beliau pada Aleppo, Syria. Al-Urduni nisbat pada tempat keluarganya berhijrah, Yordania. Dan al-Atsari menunjukkan manhaj beliau sebagai pengikut atsar. Beliau mulai mencari ilmu ketika berusia 20 tahun lebih sedikit. Guru beliau yang paling masyhur adalah ulama besar, ahli hadits, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani Rohimahullah, kemudian ulama ahli sastra, Syaikh Abdul Wadud az-Zarari Rohimahullah, dan ulama lainnya.
II. Syaikh Ali hafizhahullah dan Syaikh al-Albani rahimahullah
Syaikh Ali al-Halabi merupakan pentahqiq (peneliti), ahli hadits, dan beliau termasuk murid dan sahabat Syaikh al-Albani, bahkan termasuk murid dan sahabat khusus. Beliau banyak bermulazamah (duduk belajar) kepada ulama, imam besar dalam ilmu dan dakwah ini yaitu Syaikh al-Albani.
Syaikh Ali mendampingi al-Imam al-Albani dalam sebagian safarnya dan banyak mendampingi pada saat mukimnya, menghadiri majelis-majelis beliau, baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum, mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah yang banyak nan beraneka ragam, dan itu berjalan dalam kurun waktu yang sangat lama tidak kurang dari ¼ abad. Dengan demikian Syaikh Ali sangat banyak mendapatkan manfaat dari jawaban-jawaban, pelajaran-pelajaran, dan ilmu-ilmu yang beraneka ragam dari Syaikhkh al-Alban, dimana hal ini hampir tidak didapat oleh yang lainnya.
Syaikh Ali banyak membantu Imam al-Albani menyiapkan banyak karya-karyanya untuk diterbitkan, baik terkait dengan hadits maupun lainnya, menyiapkan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, bermuzalamah di akhir-akhir hidup Imam Albani di rumahnya dan diperpustakaannya.
Hubungan keduanya sangatlah erat, sehingga dengan banyak pertemuan-pertemuan, Syaikh Ali bertambah dalam dan kuat ilmunya dan dapat menimba ilmu dari mata air salaf, yaitu Imam al-Albani, mengambil metode ahli hadits dalam belajar, memahami, menuntut ilmu, dan pengalaman. Setelah itu, disebarluaskan ilmu yang banyak dan beraneka ragam yang telah didapat tersebut dalam bentuk buku-buku yang banyak, yang membahas dakwah, dan juga banyak menulis makalah-makalah berharga terkait dengan manhaj yang dimuat dalam majalah, surat kabar, dan yang lainnya. Semua itu pada masa hidup Imam Albani.
Dengan kerendahan hati ketika menulis, Syaikh Ali menyodorkan karya-karyanya kepada syaikhnya dan gurunya (yaitu Imam Albani) untuk dimuraja’ah (diteliti kembali), dan Imam Albani pun membaca kembali sebagian karyanya, bahkan Imam Albani pun ridho untuk ditulis namanya di samping nama muridnya.
III. Pujian Syaikh al-Albani kepada Syaikh Ali Hasan al-Halabi
Syaikh Albani benar-benar mengetahui karya-karya murdnya ini, yang berada di atas manhaj yang benar dan hujjah yang kuat, sehingga banyak memujinya dan mengarahkan para pembaca bukunya untuk membaca dan menelaah karya-karyanya. Imam Albani mengatakan tentangnya, “Dia (Syaikh Ali) termasuk saudara kita yang kuat dalam ilmu ini yaitu ilmu hadits.” (lihat as-Silsilah as-Shahihah: 2/720, as-Silsilah adh-dha’ifah: 1/7, as-Silsilah ash-Shahihah: 7/354-371 dan su’al wa jawab Haula fiqil Waqi’: 26, karya Imam al-Albani)
Dan Syaikh Albani menyifati Syaikh Ali dengan “sahabat kita yang mulia” dalam kitab Ar Roddul Mufhim: 79, menyifati bantahan-bantahan Syaikh Ali dengan sebutan “bantahan yang berharga”, sebagaimana disebutkan dalam Adabuz Zifaf: 7-8, menyebutkan dalam as-Silsilah ash-Shohihah: 7/947 tentang Ibnu Hajar ketika membawakan hadits dalam kitabnya Atroful Musnad: “Telah memberikan faedah kepadaku saudara Ali Hasan melalui telepon, jazahullahu khairan” dan mengatakan dalam as-silsilah ash-Shahihah: 6/8: “Demikian pula saudara Ali al-Halabi, sungguh saya telah mendapatkan komentar-komentar yang ditulis pada kitab asli yaang masih saya tulis dengan tanganku ….
Dan Syaikh Albani memanggil Syaikh Ali diawal kitab ar-Roudhah Nadiah 1/4 , dengan sebutan “Anak kami, sahabat kami, saudara Abul Harits” dan memanggilnya juga”… kepada sahabat kami dan tilmidz (murid) kami yang muda, Ali al-Halabi….” Demikian yang tertulis dalam kitab Hukmi Tariki ash-Shalat:45.
Bahkan tatkala muncul fitnah Abu Ruhayyim yang berbuat dzalim dan menuduh Syaikh Ali al-Halabi tentang akidahnya, maka Syaikh Albani mengatakan kepada abu Ruhayyim, “Apabila akidahmu seperti akidahnya 3 syaikh yang kamu bela yaitu Bin Baz, Ibnu Utsaimin dan al-Albani, padahal akidah saudara Ali seperti mereka.
Dan apabila akidahmu berbeda dengan akidahnya saudara Ali maka saya siap duduk denganmu (untuk berdiskusi- pent).” Hal ini telah disebutkan oleh Syaikh Azmi al-Jawabirah dalam risalahnya yang hal itu dipersaksikan juga oleh 2 saudara yang mulia Lafi asy-Syatharat dan kamil al-Qashshash, itu terjadi pada tanggal 20 Rabi’ul Awwal 1422H, dan Syaikh Azmi al-Jawabirah menukil ucapan Imam al-Bani beliau mengatakan “saudara al-Halabi sebanding seribu satu Abu Ruhayyim”.
Syaikh Abdul Aziz as-Sadhan menukil dari Syaikh al-Albani bahwa Syaikh Albani menunjuki Syaikh Ali sebagai “pemilik pena yang mengalir dan seorang al-ustadz an-Nahrir (alim yang mumpuni). Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-Imam al-Albani Durusun al-Mawaqif wa al-Ibar, hal.170.
Disebutkan juga dalam risalah yang berjudul Shafahat Baidha’ min Hayati al-Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani, hal. 52 bersumber dari sebagian cucu Syaikh al-Albani, bahwasannya Syaikh al-Albani mengatakan: “Dua orang yang paling menguasai ilmu hadits sekarang, adalah Ali al-Halabi dan Abu Ishaq al-Huwaini.”
Syaikh yang mulia Abu Abdillah Azad pernah mendengar Syaikh al-Albani di rumah saudara Abdurrahim di Yordania, bahwa beliau pernah ditanya tentang suatu hadits, tapi beliau tidak ingat dan tidak hapal derajatnya, beliau mengisyaratkan untuk bertanya kepada Syaikh Ali, “Tanyakan al-Hafidz Ali al-Halabi”, maka kami pun menanyakan kepada-nya pada saat Syaikh al-Albani ada disitu dan Syaikh Ali menjawab, “Hadits itu shahih ”, kemudian beliau berdiri dan masuk ke maktabah saudara Abdurrahim dan mengeluarkan hadits dari Shahih al Jami’.
Abu Abdillah Azat juga pernah mengatakan, aku juga pernah bertanya pada Syaikh al-Albani ketika beliau hendak safar ke Uni Emirat Arab, “Siapa yang paling layak kami tanya setelah anda, wahai Syaikh? “Maka beliau menjawab, “Bertanyalah kepada Ali al-Halabi karena dia paling dekat dengan sunnah”.
Ini menunjukkan banyaknya pujian Syaikh al-Albani kepada muridnya yaitu Syaikh Ali al-Halabi dan kitab-kitabnya seraya menyifati dengan panggilan saudara, murid, syaikh, sahabat, dan lain sebagainya dari panggilan-panggilan penghormatan yang menunjukkan keistimewaan dalam berbagai macam ilmu, dan Syaikh Ali banyak ikut serta dalam berbagai macam tugas dan proyek ilmiah, baik itu dalam masalah fikih, hadits manhaj, sehingga tidak heran ketika Syaikh Ali paling banyak disebutkan dalam kitab-kitab Syaikh Albani.
IV. Perkataan para Ulama terhadap Syaikh Ali Hasan
Sesungguhnya dalam hidup, yang namanya pujian itu perkara yang bisa terjadi. Dan pujian kalau datang dari orang jahil maka kurang berarti, berbeda apabila pujian itu bersumber dari para ulama dan rekomendasi dari mereka, maka ini mengandung arti dan bertambah berarti lagi apabila datang fitnah dan tuduhan yang tidak-tidak diarahkan kepada seseorang. Oleh karena itu berikut ini kami nukilkan pujian para ulama kepada Syaikh Ali Hasan hafizhahullah dan rekomendasi yang diarahkan kepadanya, untuk menghilangkan kedzoliman:
1. Pujian Syaikh Bin Baz rahimahullah
Beliau mengatakan dalam memberikan taqridz (kata pengantar) terhadap kitab Syaikh Ali yang membantah Dr. al-Askar: Saya memandang agar bantahan ini disebarkan karena mengandung faedah yang besar dan untuk menghilangkan kerancuan. Mudah-mudahan Alloh membalas anda dengan balasan yang baik, dan saya telah memerintahkan untuk menyebarkannya di majalah al-Buhuts al-Islamiyah karena faedah yang dikandungnya.
Dan beliau Syaikh Bin Baz juga mengatakan tentang kitab yang sama, “Dari Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz yang ditujukan kepada saudara yang mulia, shohibul fadhilah Syaikh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid al-Halabi –waffaqahullah lima fihi ridhohu-, salaamun ‘alaikum wa rohmatullah wa barakatuh, amma ba’du, surat anda telah sampai kepadaku pada tanggal 25/11/1418H mudah-mudahan Alloh senantiasa memberikan hidayah dan petunjuk. Saya telah menelaah kitab bantahan anda terhadap kitab Dr. Abdul Aziz al-Askar (tentang diri yang mulia asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albani), saya menilai bahwa bantahan anda adalah bantahan yang sangat berharga, membawa berkah, lagi sangat memuaskan. Dan sungguh Anda telah menggunakan gaya bahasa yang bagus, dan Allah telah memberikan taufik kepadaku untuk bersikap lembut terhadap orang yang anda bantah, saya meminta kepada Alloh agar melipatgandakan pahala……..”
2. Pujian Syaikh Ibnu al-‘Utsaimin
Berkata Ahmad bin Ismail asy-Syaukani, telah menceritakan kepadaku Abdulloh Qomaruddin al-Bakistani as-Salafi, beliau berkata, “Asy-Syaikh al-Imam Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin pernah ditanya tentang berbagai macam pertanyaan di musim haji tahun (1420 H) dan beliau menjawabnya, kemudian dalam sebagian pertanyaan beliau mengisyaratkan kepada Syaikh Ali sambil mengatakan, “Tanyakanlah kepada al-Bahr ( lautan, istilah untuk orang yang banyak ilmunya)”.Maka Syaikh Ali mengatakan, “Saya kira ini bercanda, saya bukan al-Bahr (lautan), dan tidak pula an-Nahr (sungai), tidak pula lainnya, nastaghfirullah dan kita mengharap husnul khatimah (akhir kehidupan yang baik)”, kemudian berdoa seperti doa yang diucapkan Abu Bakar ash-Shiddiq tatkala mendapat pujian: “Ya Allah, jangan kau siksa saya sebab apa yang mereka ucapkan, dan ampunilah saya terhadap apa yang tidak mereka ketahui dan jadikanlah saya lebih baik dari apa yang mereka duga”. Dan masih ada pujian al-Imam Ibnu ‘Utsaimin terhadap Syaikh Ali di kesempatan-kesempatan lainnya.
3. Pujian Syaikh ahli Hadits Madinah, al-Allamah Hammad bin Muhammad al-Anshari
Beliau memuji Syaikh Ali dan kehebatannya dalam bidang Hadits sebagaimana dinukil oleh anaknya yang bernama Abdul Awwal bin Hammad al-Anshori dalam kitabnya al-majmu’ fi Tarjamati al-Muhaddits asy-Syaikh Hammad al-Anshori (2/598) dari bapaknya berkata, “Saya melihat bahwa Ali Hasan Abdul Hamid yang akan menggantikan Syaikh al-Albani.”
4. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, menteri urusan agama, bimbingan, dan wakaf, kerajaan Arab Saudi.
Beliau punya hubungan yang sangat baik dengan Syaikh Ali sejak 20 tahunan, bahkan setelah datang fatwa Al Lajnah, beliau pun mengundangnya dengan undangan resmi untuk menghadiri acara an-Nadwa al-Ilmiyah bal-Qur’aniyah di Madinah tanggal 11 Jumadil Akhir 1421 H.
Ketika Syaikh Shalih Alu Syaikh menulis kitab Hadzihi Mafahiimuna, mengirimkan kepada Syaikh Ali dan mengatakan tentang hadiahnya, “Kepada saudara yang baik, peneliti yang jeli, pemilik akal yang cemerlang, dan pandangan yang tajam, Ali Hasan Abdul Hamid, mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kekuatan untuk meninggikan bendera Sunnah sesuai petunjuk salaf.”
Begitu pula ketika menulis kitab at-Takmil lima Fata Tahrijuhu min Irwa’ al-Ghslil dan memberikan hadiah dan pujian dengan sebutan-sebutan penghormatan mirip di atas.
5. Pujian Syaikh Abdullah al-Ubailan ditanya tentang celaan yang diarahkan kepada Syaikh Ali Hasan disebabkan menulis kitab Manhaj as Salaf ash-Sholih maka beliau menjawab. “Saudara kita asy-Syaikh al-Allamah Ali adalah termasuk pembesar, penyeru kepada dakwah salaf di Yordania dan negara-negara Syam, wa la nuzakki allalloh ahada. Saya berharap perselisihan antara kedua belah pihak adalah masuk dalam perselisihan dalam lingkup ijtihad Ahlus Sunnah, dan perkara ini wajar terjadi, karena para salaf juga berselisih dalam hal yang lebih besar dari ini akan tetapi tidak saling mencela antara satu dengan yang lainnya….” Kemudian Syaikh Ubailan menyebutkan ucapan Syaikhul Islam.
6. Dan Syaikh ahli hadits Abdul Muhsin al-Abbad hafizhaullah baru-baru ini ditanya tentang Syaikh Ali, yaitu pada tanggal 28 November 2010 (21 Dzul Hijjah 1431), beliau menjawab, “Saya mengetahui, beliau di atas sunnah, ambillah ilmu darinya.”
7. Begitu pula Syaikh al-Ubaikan pada tanggal 3 Januari 2011 pernah ditanya seseorang dari Irak tentang Syaikh Ali Hasan dan seorang ulama dari Irak, beliau menjawab, “Kami tidak mengetahui tentang Syaikh kecuali kebaikan.”
Dan masih banyak pujian para ulama baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia tentang Syaikh Ali diantaranya: Syaikh al-Muhadits Muqbil al-Wadi’i, Syaikh Sa’ad al-Hushayyin, (al-Mustasyar ad-Dini Saudi di Yordania), Syaikh Husain bin Abdul Aziz Ali Syaikh,(Imam, khatib, pengajar di masjid Nabawi, serta hakim di Mahkamah Kubra), Syaikh Washiulloh Abbas, Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili, ahli tafsir Muhammad Nasib ar-Rifa’i, asy-Syaikh Hamd as-Syitwi, Syaikh Muhammad bin Syaikh Ali bin Adam al-Itsyuni, Syaikh Abdul Karim Khudair, Syaikh Abdul Malik ar-Romadhani al-Jazairi, dll. Termasuk salah seorang guru Syaikh Rabi’ al-Madkhali yang bernama Syaikh Abdul Wahab bin Marzuq al-Banna sangat memuji Syaikh Ali, beliau mengatakan, “perumpamaan al-Halabi kepada al-Albani adalah seperti Ibnul Qayyim kepada Ibnu Taimiyah.” Sebagaimana yang telah didengar Syaikh Abdullah Baibani al-A’shimi.
Inilah sebagian kemuliaan Syaikh Ali, ilmu, manhaj dan akidahnya. Dan kami dalam menyebutkan ini bukan berarti kami mengajak berbuat ghuluw (berlebih-lebihan) mengkultuskan, serta menganggapnya ma’shum, sekali-kali tidak. Akan tetapi ini semua agar kita mengetahui dan menghormati para ulama sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيْرَنَا وَيَرْ حَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukanlah termasuk golonganku orang yang tidak memuliakan yang tua, menyayangi yang muda, dan mengenal hak orang alim di antara kami.”(HR Ahmad)
Wa shoalallohu ‘ala Nabiyina Muhammad wa’ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Sumber:
1. Al-Jawab al-‘I’laami
2. Su’alat al-Halabi
3. Al-Imam al-Albani Durusun Mawaqif wa’Ibar
4. Http://kulalsalafiyee.com
Dikutip dari Majalah Adz-Dzkahiirah Al-Islamiyyah