polres kab simalungun

Bhayangkari Cabang Polres Simalungun Berikan Bantuan Sosial ke Panti Asuhan

Bhayangkari Cabang Polres Simalungun Berikan Bantuan Sosial ke Panti Asuhan 2mascipoldotcom – Senin, 28 September 2020 (11 Safar 1442 H)

Simalungun – Memperingati Hari Kesatuan Gerak Bhayangkarai (HKGB) ke-68, Pengurus Cabang Bhayangkari Simalungun melaksanakan progam Bhayangkari Peduli dengan memberikan bantuan sosial kepada anak yatim dan piatu di panti asuhan Islamic Centre dan panti asuhan Zarfat HKI
Bantuan sendiri diserahkan oleh Ketua Bhayangkari Cabang Simalungun Ny.Rissa Agus Waluyo, berupa bahan sembako, Vitamin serta peralatan sekolah untuk anak-anak panti asuhan, senin(28/09).

Menurut Ketua Bahyangkari Cabang Simalungun kegiatan bakti sosial ini merupakan rangkaian kegiatan dalam menyambut Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari yang ke 68, aksi ini sebagai bentuk kepedulian kepada sesama terutama anak-anak yatim yang berada dikedua panti asuhan yang kita kunjungi ini.“Kami ingin anak-anak tetap bisa belajar dengan baik, dengan memberi semangat kepada anak-anak panti agar tetap semangat menggapai cita-cita mereka, mereka penerus bangsa dan harus tetap belajar meski di tengah pandemi covid-19 ini. Dan tentunya kesehatan mereka menjadi perhatian utama, agar terhindar dari penyebaran covid-19,” kata Ny.Rissa Agus Waluyo.

Bhayangkari Cabang Polres Simalungun Berikan Bantuan Sosial ke Panti Asuhan 5Peralatan Sekolah seperti buku, alat tulis pena, pensil, serta vitamin yang kita berikan, penting agar mereka tetap bisa belajar meski dari rumah atau dipantiasuhan ini,” pungkasnya .(joehari) Bag_humas_polres_simalungun

———–

Renungan

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim

Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

عَنْ سَهْلِ بَْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya.[HR al-Bukhari no. 4998 dan 5659]

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang meyantuni anak yatim, sehingga imam al-Bukhari rahimahullah mencantumkannya dalam bab: Keutamaan Orang Yang Mengasuh Anak Yatim.

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

• Makna hadits ini: orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan yang tinggi di surga dekat dengan kedudukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam [1].

• Arti “menanggung anak yatim” adalah mengurusi dan memperhatikan semua keperluan hidupnya, seperti nafkah (makan dan minum), pakaian, mengasuh dan mendidiknya dengan pendidikan Islam yang benar [2].

• Yang dimaksud dengan anak yatim adalah seorang anak yang ditinggal oleh ayahnya sebelum anak itu mencapai usia dewasa [3].

• Keutamaan dalam hadits ini berlaku bagi orang yang meyantuni anak yatim dari harta orang itu sendiri atau harta anak yatim tersebut jika orang itu benar-benar yang mendapat kepercayaan untuk itu [4].

• Demikian pula, keutamaan ini berlaku bagi orang yang meyantuni anak yatim yang punya hubungan keluarga dengannya atau anak yatim yang sama sekali tidak punya hubungan keluarga dengannya [5].

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan mengasuh anak yatim, yang ini sering terjadi dalam kasus “anak angkat”, karena ketidakpahaman sebagian dari kaum muslimin terhadap hukum-hukum dalam syariat Islam, di antaranya:

1. Larangan menisbatkan anak angkat/anak asuh kepada selain ayah kandungnya, berdasarkan firman Allah:

ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka; itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu” [al-Ahzaab/33: 5].

2. Anak angkat (anak asuh) tidak berhak mendapatkan warisan dari orang tua yang mengasuhnya, berbeda dengan kebiasaan di zaman Jahiliyah yang menganggap anak angkat seperti anak kandung yang berhak mendapatkan warisan ketika orang tua angkatnya meninggal dunia[6].

3. Anak angkat (anak asuh) bukanlah mahram[7], sehingga wajib bagi orang tua yang mengasuhnya maupun anak-anak kandung mereka untuk memakai hijab yang menutupi aurat di depan anak tersebut, sebagaimana ketika mereka di depan orang lain yang bukan mahram, berbeda dengan kebiasaan di masa Jahiliyah.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XV/Rabi’ul Akhir 1433/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (14/41) dan “Tuhfatul ahwadzi” (6/39).
[2]. Lihat kitab “Syarhu shahiihi Muslim” (18/113).
[3]. Lihat kitab “an-Nihaayah fi gariibil hadiitsi wal atsar” (5/689).
[4]. Lihat kitab “Syarhu shahiihi Muslim” (18/113) dan “Faidhul Qadiir” (3/49).
[5]. Ibid.
[6]. Sebagaimana dalam HSR al-Bukhari (no. 3778), lihat juga kitab “Tafsir al-Qurthubi” (14/119).
[7]. Mahram adalah orang yang tidak halal untuk dinikahi selamanya dengan sebab yang mubah (diperbolehkan dalam agama). Lihat kitab “Fathul Baari” (4/77).