WhatsApp Image 2022 05 21 at 01.57.02 1

Program Si ipar Satgasres Binmas Noken Ops Damai Cartenz-2022 Hadir di SD YPPK Bilogai dan SD Inpres Yokatapa Aktifkan Pendidikan Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air .

mascipoldotcom – Sabtu, 21 Mei 2022 (22 Syawal 1443 H)

Intan Jaya – Sebagai wujud perhatian terhadap Pendidikan di Intan Jaya Papua, khususnya di Kampung Bilogai dan Kampung Yokatapa Sugapa yang sempat terhenti karena situasi dan kurangnya tenaga pendidik serta minimnya sarana prasarana Sekolah. Satgasres Binmas Noken Ops Damai Cartenz-2022 aktifkan kembali proses belajar mengajar, Jumat (20/5/2022).

Hal itu disampaikan oleh Kasatgas Binmas Noken Ops Damai Cartenz-2022 Kombes pol Nanang Purnomo,. SH,.MH kepada awak media di Posko Satgas Damai Cartenz-2022 Abepura..

Kombes Pol Nanang Purnomo,.SH.,MH, mengaktifkan kembali proses belajar mengajar di Kampung Bilogai dan Kampung Yokatapa Sugapa Kabupaten Intan Jaya, yang sempat terhenti tersebut atas dasar laporan dari Kasat Binmas Iptu Arisandi Tancoma,.SH

Dalam proses belajar mengajar tersebut, Satgasres Binmas Noken Ops Damai Cartenz-2022 melibatkan anggotanya sebanyak 8(delapan) personil terdiri dari 3(tiga) sebagai tenaga pengajar dan 5(lima) personil melakukan pengamanan dilingkungan sekitar tempat proses belajar mengajar.

Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, para siswa-siswi SD, diberikan bantuan sosial berupa alat tulis dan buku sesuai kurikulum yang ada dan juga seusai melaksanakan pembelajaran diberi makanan kecil sebagai pembangkit minat belajar.

“Dengan mengaktifkan proses belajar mengajar kembali yang dilakukan personel Satgasres Binmas Noken Ops Damai Cartenz-2022, merupakan langkah positif yang akan berdampak terhadap peningkatan taraf Pendidikan diKampung Bilogai dan diKapung Yokatapa Sugapa Kabupaten Intan Jaya, sehingga mampu menumbuhkan wawasan kebangsaan putra putri asli Papua yang cinta terhadap Negara Kesatuan Repubik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar th 1945,” tegasnya.

Dalam kegiatan belajar tersebut, siswa siswi SD diKampung Bilogai dan diKapung Yokatapa Sugapa Kabupaten Intan Jaya,merasa bangga, senang, nyaman dan aman dengan adanya Satgasres Binmas Noken Ops Damai Cartenz-2022 yang telah mengaktifkan kembali sekolah dan berharap kepada bapak bapak polisi agar menjadi guru tetap siswa siswi di Kampung Yokatapa Sugapa Kabupaten Intan Jaya.

Selesai melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar pada siswa SD diKampung Bilogai dan diKampung Yokatapa Sugapa Kabupaten Intan Jaya. Satgasres Binmas Operasi Damai Cartenz-2022 memberikan sumbangan berupa alat tulis berubah tas sekolah beserta kelengkapan untuk belajar mengajar di sekolah.

Kepala sekolah ibu Tri Puji Prihatin,.Spd dan bapak Oktavianus malatuni selaku Kabid pembinaan guru dan tenaga pendidikan dinas Kabupaten Intan Jaya bersama Kepala Sekolah SDYPPK Bilogai bpk Stevanus Sondegau menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak bapak polisi yang hadir di Sekolah sekolah kami yang mampu membangkitkan motivasi dan cita cita anak didik kami. (Kombes Pol Nanang Purnomo,.SH.,MH,)

______________

Renungan

MENGAPA PENDIDIKAN ITU PENTING?

Oleh Syaikh Shâlih bin Fauzan al-Fauzan

Islam, agama yang sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita agar memilih istri shalihah, penuh kasih sayang dan banyak keturunannya. Dari istri-istri yang shalihah ini, diharapkan terlahir anak-anak yang shalih-shalihah, kokoh dalam beragama. Sehingga Islam menjadi kuat dan musuh merasa gentar. Demikianlah, ibu memiliki peran yang dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi, karena dialah yang akan mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Perhatian Islam lainnya yang terkait dan ikut berpengaruh dengan pendidikan anak, yaitu Rasulullah menganjurkan agar orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu nama akan turut memberi pengaruh pada anak. Sehingga banyak riwayat yang menjelaskan Rasululah merubah beberapa nama yang tidak sesuai dengan Islam.

Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukan shalat bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka. [HR Abu Dawud, dan dishahîhkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albâni dalam Shahîh Sunan Abi Dawud, no. 466]

Perintah mengajarkan shalat, berarti juga mencakup hal-hal berkaitan dengan shalat. Misalnya, tata cara shalat, thaharah, dan kewajiban shalat berjama’ah di masjid, sehingga anak bisa lebih dekat dan akrab dengan kaum Muslimin.

Adapun pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk memukul, jika anak malas dan enggan melakukan sholat. Tetapi hendaklah diperhatikan, pukulah tersebut dalam batas-batas tarbiyah (pendidikan), dengan syarat bukan pukulan yang membahayakan, dan bukan pula pukulan mainan, sehingga tidak ada pengaruh apapun. Di antara tujuannya, supaya anak merasakan hukuman bila ia melakukan kemaksiatan meninggalkan shalat.

Namun kita lihat pada masa ini, pukulan, sebagai salah satu wasilah dalam tarbiyyah, banyak ditinggalkan para orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal rasa sayang yang sebenarnya harus diwujudkan dengan diberi pendidikan. Dan salah satunya dengan dipukul saat anak melakukan perbuatan maksiat.

Rasulullah juga memerintahkan para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang telah memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, ialah untuk menghindari fitnah syahwat.

Oleh karena itu, jika orang tua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anaknya saat mereka tidur, lalu bagaimana saat mereka keluar dari rumah dan bergaul dengan masyarakat? Maka tentu orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Orang tua harus senantiasa mengawasi anak-anaknya, menjauhkannya dari teman dan pergaulan yang buruk lagi menyesatkan. Karena tarbiyah tidak hanya ketika berada rumah saja, namun juga ketika anak-anak berada di luar rumah. Sebagai orang tua harus mengetahui tempat dan dengan siapa anak-anaknya bergaul. Ingatlah, orang tua adalah pemimpin, ia akan diminta tanggung jawabnya.

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang yang kalian pimpin. [Muttafaqun ‘alaih].

Kebaikan anak menjadi penyebab kebaikan, khususnya bagi orang tua dan keluarganya, dan secara umum untuk kaum Muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya [HR at-Tirmidzi].

Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya, memiliki manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua baik, ketika masih hidup maupun sesudah meninggal dunia. Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi hiburan, kebahagiaan dan qurrata-a’y‎un (penyejuk hati). Dan ketika orang tua sudah meninggal dunia, maka anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan, beristighfar dan bersadaqah untuk orang tua mereka.

Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan ia durhaka. Anak yang durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian dan keburukan. Keadaan seperti ini bisa terjadi jika para orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan atau tarbiyyah anak-anaknya.

Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita.

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ

Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuatlah adil kepada anak-anakmu. [HR Imam al-Bukhâri]

Pernah terjadi, ketika salah seorang sahabat memberi kepada sebagian anak-anaknya, kemudian ia menghadap kepada Rasulullah supaya beliau n bersedia menjadi saksi. Maka beliau n bertanya: “Apakah semua anakmu engkau memberi yang seperti itu?”

Dia menjawab,””Tidak,” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Carilah saksi selain diriku, karena aku tidak mau menjadi saksi dalam keburukan. Bukankah akan bisa membahagiakanmu, apabila engkau memberikan sesuatu yang sama?”

Dia menjawab :”Ya,” maka kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :” Maka lakukanlah!”

Anehnya, ada sebagian orang tua, manakala dinasihati tentang tarbiyah anak, justru melakukan sanggahan. Orang tua ini mengatakan bahwa kebaikan ada di tangan Allah, atau hidayah terletak di tangan Allah. Memang benar hidayah berada di tangan Allah, sebagaiaman firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. [al-Qashash/28:56].

Namun yang perlu diperhatikan, faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan hidayah, ialah karena peran orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara maksimal dan telah menunaikan kewajibannya dalam tarbiyah, maka hidayah berada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala . Sedangkan jika orang tua lalai dan mengabaikan tarbiyah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan balasan dengan kedurhakaan dan keburukan kepada anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi [HR Imam al-Bukhâri].

Disinilah kita harus memahami secara benar, betapa besar peran orang tua terhadap anak. Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari orang tua itulah akan terwujud sosok kepribadian seorang anak.

Akhirnya, marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan kebaikan. Karena semua yang kita lakukan atas diri anak, akan diminta pertanggungjawabnya di hadapan Allah Azza wa Jalla .

Perhatian terhadap anak merupakan perkara yang teramat penting dan pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah. Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para nabi senantiasa mendoakan kebaikan untuk diri dan anak keturunan mereka.

Nabi Ibrahim Alaihissallam berdoa:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. [ash-Shafât/37:100]

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [al-Baqarah/2:128]

Nabi Zakariya Alaihissallam berdoa:

قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

Di sanalah Zakariya mendoa kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. [‘Ali ‘Imran/3:38].

Begitu juga dengan para salaf pendahulu kita, mereka berdoa:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [al-Furqân/25:74].

Demikianlah para nabi, meskipun memiliki kedudukan dan dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala , mereka tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar dianugerahi keturunan yang shalih dan shalihah, maka bagaimana dengan kita? Tentunya, kita tergerak dan lebih bersemangat melakukannya.

Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu berusaha memberikan pendidikan dan tarbiyah kepada anak-anak kita dengan berlandaskan din (agama) yang shahîh dan lurus.

(Diringkas oleh Ustadz Abu Ziyad Agus Santoso, dari al-Khutabul-Minbariyyah, Syaikh Shâlih bin Fauzan al-Fauzan, halaman 148-155)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XI/1428/2007M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 ]