Pastikan Kesiapan Ops Ketupat 2022 Kapolresta Deli Serdang Cek Personil di Pos Sei Ular

Pastikan Kesiapan Ops Ketupat 2022, Kapolresta Deli Serdang Cek Personil di Pos Sei Ular

mascipoldotcom – Jum’at, 29 April 2022 (27 Ramadhan 1443 H)

Deli Serdang – Untuk emastikan Kesiap Siagaan Personil Polresta Deli Serdang pada pelaksanaan Operasi “ketupat toba 2022” dalam melakukan pelayanan dan pengamanan pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri 1443 H, Kapolresta Deli Serdang Kombes Pol Irsan Sinuhaji, SIK, MH didampingi Kabag Ops kompol Ricky Pripurna Atmaja, S.I.K, dan Kasat Lantas Kompol Kompol Nasrul, S.Kom, SIK melakukan pengecekan kesiapan pelayanan di Pos Pam Sei Ular sekaligus mengikuti Zoom Meeting Koneksi Antar Posko Ops Ketupat Toba-2022 Polda Sumut. Kamis (28/04/2022).

Adapun pelaksanaan Operasi kepolisian terpusat “ketupat toba 2022” dilakukan dalam rangka pengamanan Hari Raya Idul Fitri 1443 H tahun 2022, dengan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 H di tahun 2022 ini dengan aman dan nyaman. Waktu pelaksanaan operasi berlaku sejak tanggal 28 April 2022 sampai dengan 09 Mei 2022.

Kapolresta Deli Serdang Kombes Pol Irsan Sinuhaji, SIK, MH kepada media mengatakan “pengecekan pos pam kami lakukan untuk memastikan bahwa pelayanan di pospam kepada masyarakat berjalan dengan baik , bagi masyarakat yang mudik akan dilakukan pemeriksaan Vaksinasi ke 3 sesuai dengan anjuran pemerintah “ ujarnya.

Kapolresta juga menghimbau agar seluruh masyarakat membantu pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran covid-19 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.(Leodepari)

___

Renungan

SYARAT SUATU AMAL DITERIMA OLEH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

Sebelum melangkah -wahai saudaraku- seyogianya mengetahui jalan yang dapat menyelamatkanmu, dan janganlah melelahkan dirimu dahulu dengan banyak melakukan amal perbuatan, karena banyak sekali orang yang melakukan perbuatan, sedangkan amal tersebut sama sekali tidak memberikan apa-apa kecuali kelelahan di dunia dan siksa di akhirat,[1]

karena itu sebelum melangkah untuk melakukan amal perbuatan, Anda harus mengetahui syarat diterimanya amal tersebut, dengan harapan amal Anda diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam masalah ini ada dua syarat penting lagi agung yang perlu diketahui oleh setiap hamba yang beramal, jika tidak demikian, maka amal tersebut tidak akan diterima:

Pertama, Pelaku yang melakukan amal tersebut hanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kedua, Amal yang dilakukannya sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam al-Qur-an atau sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam Sunnahnya.

Jika salah satu di antara syarat amal tersebut hilang, maka ia tidak benar (bukan amal shalih) dan tidak akan diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, di antara dalil yang memperkuat pernyataan di atas adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [ Al-Kahfi/18: 110]

Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar amal itu berupa amal yang shalih, yang maknanya adalah sesuai dengan yang telah ditetapkan di dalam agama, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada pelaku amal tersebut untuk mengikhlaskan karena-Nya dengan tidak mengharap selain-Nya.[2]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah di dalam kitab Tafsiir-nyav berkata, “Inilah dua rukun amal yang diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu dilakukan dengan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan sesuai dengan syari’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ungkapan ini diriwayatkan pula dari al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah dan yang lainnya

[Disalin dari buku “IKHLAS: Syarat Diterimanya Ibadah” terjemahkan dari Kitaabul Ikhlaash oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR Bogor]
______
Footnote
[1] Di antara hal ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ.

“Banyak sekali orang yang melakukan puasa, tetapi dari pua-sanya itu mereka tidak mendapatkan apa-apa (pahala) kecuali rasa lapar, dan berapa banyak orang yang melakukan Qiyaa-mullail, tetapi dari Qiyaamullailnya itu mereka tidak mendapatkan apa-apa (pahala) kecuali begadang.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari hadits Abu Hurairah, dishahihkan oleh al-Albani di dalam kitab Sha-hiihul Jaami’ (no. 3482).
[2] Dikutip dari kitab yang berjudul at-Tawassul Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu, makalah yang diungkapkan oleh guru kami al-Albani, lalu disusun rapih oleh Muhammad ‘Ied ‘Abbasi.
v Tafsiir Surah al-Kahfi.