Polda Metro Jaya Tiadakan Ganjil Genap Selama Libur Lebaran 1

Polda Metro Jaya Tiadakan Ganjil Genap Selama Libur Lebaran

mascipoldotcom – Rabu, 27 April 2022 (25 Ramadhan 1443 H)

Jakarta – Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya menyatakan kebijakan ganjil genap (gage) di wilayah Jakarta tidak berlaku selama libur bersama dalam rangka Lebaran 2022.

Ini ditegaskan Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo. Dikatakan Sambodo, gage di Jakarta tidak berlaku mulai 29 April sampai 6 Mei 2022. Hal ini mengikuti kebijakan pemerintah yang telah menetapkan libur bersama pada masa Lebaran.

“Sehingga, ketika ada kebijakan pemerintah untuk adanya libur bersama pada masa Lebaran 2022 ini yang dimulai dari tanggal 29 April sampai 6 Mei, maka pada tanggal itu gage di Jakarta tidak berlaku,” ujar KombesPol Sambodo kepada wartawan, Rabu (27/4/2022).

Meski ganjil genap di Jakarta tidak berlaku selama libur Lebaran, KombesPol Sambodo memastikan kebijakan gage di jalan tol tetap diberlakukan selama arus mudik dan arus balik.

“Kecuali gage di jalan tol yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan one way baik pada arus mudik maupun arus balik,” jelas KombesPol Sambodo.

Diberitakan sebelumnya, Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri akan menjadwalkan uji coba penerapan ganjil-genap arus mudik Lebaran 2022 dengan di ruas jalan tol pada 25 – 27 April 2022. Hal ini guna mengantisipasi kemacetan akibat arus mudik

Kabag Ops Korlantas Polri, KombesPol Eddy Djunaedi menjelaskan dalam menerapkan rekayasa lalu lintas ganjil genap ini, Korlantas menggandeng Kementerian Perhubungan, dan Kementerian PUPR. Dengan aturan ini, diharapkan dapat membantu kelancaran arus mudik.

“Kami akan melakukan uji coba mulai Senin hingga Rabu mendatang di Tol Cikampek. Sebagai upaya menjaga keamanan, keselamatan, kelancaran, dan kenyamanan masyarakat yang akan melaksanakan mudik,” ucap KombesPol Eddy, Minggu (24/4/2022). (Muhairo)

____

Renungan

HARI RAYA (‘IED) : IBADAH DAN PENGUNGKAPAN RASA SYUKUR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dengan nikmat-Nya sempurna amal-amal shalih. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada yang termulia dari para nabi dan rasul yaitu nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan terhadap keluarga dan para sahabatnya, wa ba’du:

Sekarang, lembaran hari telah berlalu dan jam-jam waktu telah lewat. Baru kemarin kita menyambut kekasih dan pada hari ini kita melepasnya. Baru beberapa hari terbit hilal Ramadhan dan pada hari ini belalulah hari-harinya. Sekalipun bangsa-bangsa –di sekitar kita- merasa bangga dengan hari-hari dan hari besarnya, memberikan perhatian besar padanya dan kebahagiaan yang palsu, maka sesungguhnya ia dibuat dalam kebingungan dan berjalan dalam kesesatan.

Kebenaran dan petunjuk tetap berada di jalan umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberi petunjuk jalan kepada umat Islam, memberi ilham kepada petunjuk-Nya, memberikan karunia khusus yang belum pernah ada sebelumnya. Bukalah lebar-lebar matamu untuk melihat umat yang mendapat rahmat ini bersama tibanya hari raya (‘Ied) yang ia beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berbuka, sebagai ia (umat islam) sebelumnya beribadah kepada-Nya dengan puasa.

Dari Anas Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala datang ke kota Madinah, beliau mendapatkan mereka merayakan dua hari raya (‘Ied), beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الأَضْحَى ‏

“Kamu memiliki dua hari raya (‘Ied) yang kamu bermain-main padanya, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menggantikan untukmu yang lebih baik darinya, yaitu hari raya Iedul Fithri dan Iedul Adha.” [HR. Abu Daud dan an-Nasa`i]

Hari raya (‘Ied) merupakan salah satu syi’ar Islam dan penampakan yang paling besar. Sebagian manusia ada yang meremehkannya dan membuat hari-hari besar yang bid’ah. Maka engkau melihat orang yang bersiap-siap untuk merayakan hari lahir, hari ibu dan yang lainnya. Ia dan anak-anaknya merasa bahagia menyambut kedatangannya dan mengeluarkan uang untuk menghidupkanya. Adapun hari besar Islam, maka tidak ada nilai baginya. Bahkan mungkin Hari raya (‘Ied) berlalu sedangkan dia berpaling darinya, tanpa memperdulikannya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. [al-Hajj/22 :32]

Sesungguhnya hari raya (‘Ied) adalah hari bahagian bagi yang baik batinnya dan murni niatnya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hari raya (‘Ied) bukanlah bagi orang yang memakai pakaian baru dan berbangga diri dengan jumlah dan persiapan. Sesungguhnya hari raya (‘Ied) adalah bagi orang yang merasa takut terhadap hari ancaman dan takut kepada pemilik Arsy, menumpahkan air mata karena bertaubat, berharap di hari pembalasan.

Saudaraku seiman : berikut ini ada beberapa sikap, disertai adab dan hukum-hukum hari raya (‘Ied):

Pertama : Pujilah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menyempurnakan untukmu hari-hari di bulan yang agung ini, dan menjadikanmu terhadap orang yang melaksanakan puasa dan shalat malam. Perbanyaklah berdoa agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima puasa dan shalatmu, serta memaafkan kesalahan dan kekuranganmu.

Kedua : Bertakbir, disyari’atkan bertakbir setelah tenggelam matahari di malam hari raya (‘Ied) hingga shalat ied. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. [Al-Baqarah/2:185]

Dan bacaan atau kalimat takbir adalah:

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

Disunnahkan bagi laki-laki menyaringkan suara takbir di masjid, pasar, dan rumah untuk menyatakan pengagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menampakkan ibadah dan syukur kepada-Nya.

Ketiga : Zakat Fitrah, Rabb engkau Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan kepadamu di penutup bulan ini untuk menunaikan zakat fitrah, yaitu untuk membersihkan orang yang puasa dari perbuatan keji dan sia-sia serta memberi makan kepada orang-orang miskin. Ukurannya adalah sebanyak satu sha’, yaitu sekitar 2,40 Kg dari gandum atau kurma, atau keju atau anggur atau beras atau makanan sejenisnya, untuk anak kecil dan orang tua, laki-laki dan wanita, orang yang merdeka dan budak dari kaum muslimin.

Waktu paling utama untuk mengeluarkannya adalah sebelum shalat ied dan boleh mengeluarkannya sebelum hari raya (‘Ied) satu atau dua hari, dan tidak boleh menundanya setelah shalat ied dan tidak boleh mengeluarkannya, karena hal itu menyalahi perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Zakat fitrah itu dari jenis makanan manusia, dan harus mencari orang miskin untuk memberikannya kepada mereka. Dan di antara gambaran pendidikan di rumah keluarga muslim adalah membiasakan keluarganya untuk mengeluarkannya dengan mengikut sertakan anak kecil.

Keempat : Mandi dan memakai minyak wangi bagi laki-laki serta memakai pakaian yang paling baik, tanpa berlebihan, tanpa menutup mata kaki serta tanpa mencukur jenggot, maka ini hukumnya haram. Adapun wanita, disyari’atkan baginya keluar menuju mushalla ied tanpa tabarruj (membuka aurat) dan tanpa berminyak wangi. Alangkah ruginya wanita muslimah yang keluar untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sedangkan ia melakukan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tabarruj, membuka kepala dan memakai minyak wangi di hadapan laki-laki.

Kelima : Memakan kurma dengan bilangan ganjil, tiga atau lima sebelum pergi ke mushalla berdasarkan perbuatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Keenam : Shalat bersama kaum muslimin dan mendengarkan khutbah: menurut pendapat para ahli tahqiq dari para ulama seperti Syaihul Islam dan yang lainnya sesungguhnya shalat ied hukumnya wajib dan tidak gugur kewajibannya kecuali karena uzur. Para wanita juga menghadiri shalat ied bersama kaum muslimin hingga wanita yang sedang haid, sekalipun ia harus menjauh dari mushalla.

Ketujuh : Melewati jalan yang berbeda : disunnahkan pergi ke mushalla melewati satu jalan dan pulang melewati jalan yang lain, berdasarkan perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedelapan : Tidak mengapa mengucapkan selamat hari raya (‘Ied), seperti ucapan : تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ ‘Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima ibadah kami dan kamu.’

Kami mengingatkan engkau, wahai saudaraku yang tercinta, beberapa kesalahan yang sangat disayangkan terhadap di hari dan malam hari raya (‘Ied), agar menjauhinya. Yang mengherankan sebagian kaum muslimin menutup taat ini dengan perbuatan maksiat, dan yang lain mengganti istighfar di akhir setiap ibadah dengan perbuatan sia-sia, dan di antara kesalahan itu:

Takbir berjamaah dengan satu suara atau diulangi di belakang satu orang dengan ucapan ‘Allahu Akbar’ atau membuat salah satu shighat takbir yang tidak disyari’atkan.

Meyakini disyari’atkan menghidupkan malam hari raya (‘Ied) dan mengutip hadits-hadits yang tidak shahih.

Menentukan hari raya (‘Ied) untuk ziarah kubur dan memberi salam kepada mayat.

Bercampur laki-laki dan perempuan di sebagian mushalla, jalanan, dan tempat permaianan.

Sebagian orang berkumpul di hari raya (‘Ied) untuk menyanyi, perbuatan sia-sia dan percuma, dan ini tidak boleh.

Sebagian orang merasa bahagia dengan tibanya lebara karena bulan Ramadhan telah selesai dan berhenti ibadah padanya, dan seolah-olah ia merupakan beban berat di atas punggungnya, ini adalah bahaya besar.

Tenggelam dalam perkara yang dibolehkan, dari pakaian dan minuman, hingga mengarah kepada berlebihan dalam hal itu. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [al-A’raaf/7:31]

Saudaraku yang tercinta, jangan lupa bahwa Rabb bulan Ramadhan adalah Rabb semua bulan. Tetaplah selalu dalam taat dan mohonlah ketetapan dalam agama ini hingga engkau bertemu dengan-Nya. Dan ketahuilah bahwa berakhirnya waktu taat dan ibadah bukanlah pendorong hari raya (‘Ied), seperti yang disangka sebagian orang, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). [al-Hijr/15 : 99]

Yakin adalah kematian. Sebagian salaf berkata : amal ibadah seorang muslim tidak berakhir sebelum kematian. Al-Hasan berkata: ‘Sebagian kaum ada yang enggan terus menerus ibadah. Demi Allah, bukan seorang mukmin yang beramal satu atau dua bulan, satu tahun atau dua tahun. Tidak demi Allah, amal ibadah seorang mukmin tidak ada batas sebelum kematian. Saat khutbah di antara minbar, Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu membaca:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):” [Fushshilat/41 :30]

Beliau Radhiyallahu anhu berkata : Demi Allah, mereka istiqamah dengan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian tidak melakukan penyimpangan.

Jika engkau –wahai muslim- meninggalkan bulan taat dan ibadah, musim kebaikan dan kemerdekaan dari neraka, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan untuk kita taat dan ibadah yang menenangkan jiwa orang yang beriman dan mendinginkan mata seorang muslim, berupa berbagai macam ibadah sunah sepanjang tahun, di antaranya adalah:

1. Puasa enam hari bulan Syawal : dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَن صامَ رَمَضانَ ثُمَّ أتْبَعَهُ سِتًّا مِن شَوَّالٍ، كانَ كَصِيامِ الدَّهْرِ

“Barangispa yang puasa Ramadhan kemudian meneruskan puasa enam hari bulan Syawal, ia seperti puasa satu tahun.” [HR. Muslim].

Jika engkau mempunyai kewajiban mengqadha, maka bayarlah kemudian puasa Syawal.

2. Puasa hari-hari putih dan hari Arafah bagi orang yang tidak berhaji, demikian pula puasa hari Senin dan Kamis.

3. Shalat malam dan menjaga shalat witir dan ikutilah orang-orang yang terpilih:

كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ

Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; [adz-Dzariyat/51 :17]

4. Selalu melaksanakan shalat rawatib yang menyertai shalat fardhu yang berjumlah 12 rekaat : empat rekaat sebelum Dhuhur, dua rekaat sesudahnya, dua rekaat setelah Maghrib, dua rekaat sesudah Isya’, dan dua rekaat sebelum Fajar.

5. Membaca al-Qur`an dan serius atasnya setiap hari, sekalipun hanya satu juz saja.

6. Bersungguh-sungguh terhadap amal kebajikan dan istiqamah di atas taat. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu. [Hud/11 :112]

7. Tadharru’ dan merendahkan diri, serta berdoa kepada Rabb-mu agar menghidupkan engkau di atas Islam dan mematikan engkau atasnya, mintalah ketetapan di atas kalimah tauhid. Di antara doa nabi umat ini adalah:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

“Wahai Yang Membolak balikan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” [HR. at-Tirmidzi]

Berbagai macam bentuk ibadah sangat banyak dan pahalanya sangat besar. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [an-Nahl/16 :97]

Bersungguh-sungguhlah, wahai saudara muslimku, untuk selalu melaksanakan amal shalih dan waspadalah terhadap datangnya kematian saat engkau berbuat maksiat. Renungkanlah bahwa di antara tanda diterimanya amal ibadahmu di bulan Ramadhan adalah engkau terus menerus di atas ibadah sesudahnya, kebaikan diikuti oleh kebaikan dan keburukan diikuti oleh keburukan.

Wahai kekasih, hari-hari raya (‘Ied) bukanlah hari-hari permainan dan melupakan diri, tetapi ia adalah hari-hari untuk ibadah dan bersyukur. Seorang mukmin berbolak balik di dalam berbagai macam ibadah dan tidak ada batas baginya. Dan di antara ibadah tersebut yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diridhai-Nya adalah : menyambung tali silaturrahim, mengunjungi keluarga, meninggalkan kebencian dan kedengkian, kasihan terhadap orang muskim dan anak yatim, dan membuat senang para janda dan orang fakir.

Renungkanlah perputaran hari yang cepat berlalu, segeralah bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan benar. Tanamkanlah, wahai kekasih, di dalam jiwamu untuk selalu taat dan ibadah, maka sesungguhnya dunia hanyalah hari-hari yang sangat sedikit. Ketahuilah, sesungguhnya hati seorang mukmin tidak bisa tenang dan tenteram sehingga kakinya menginjakkan surga. Maka segeralah menuju surga yang lebarnya seperti langit dan bumi. Jauhkanlah dirimu dari api neraka yang menyala-nyala, tidak ada yang memasukinya kecuali orang yang celaka. Peganglah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

سَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَاعْلَمُوا أَنْ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدَكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَأَنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ أَدْوَمُهَا إِلَى اللَّهِ، وَإِنْ قَلَّ

“Luruskan dan dekatkan, ketahuilah bahwa amal ibadah seseorang darimu tidak bisa memasukkannya ke dalam surga, dan sesungguhnya amal yang paling disukai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang terus menerus, sekalipun hanya sedikit.’ [HR. al-Bukhari]

Ya Allah, tetapkanlah kami di atas iman dan amal shalih. hidupkanlah kami dalam kehidupan yang baik dan hubungkanlah kami dengan orang-orang shalih. Wahai Rabb kami, terimalah kami, sesungguhnya Engkau Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Ampunilah kami dan kedua orang tua kami serta semua kaum muslimin. Dan akhir doa kami adalah segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Rabb semesta.

[Disalin dari العيد: عبادة وشكر Penulis Abdul Malik al-Qasim, Penerjemah Muhammad Iqbal A. Gazali, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2009 – 1430]