mascipoldotcom – Jumat, 22 April 2022 (20 Ramadhan 1443 H)
Jakarta – Jelang arus mudik Lebaran 2022, Polres Metro Bekasi Kota akan menggelar apel besar untuk pengamanan arus mudik. Hal ini disampaikan oleh Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Pol Hengki.
“Kemungkinan akan dilakukan gelar pasukan, dimana Polres Metro Bekasi Kota sendiri menyiapkan ada 8 pos pengamanan maupun pos pelayanan yang tersebar di titik-titik,” ungkap KombesPol Hengki kepada media di Alun-alun Hasibuan Kota Bekasi, Kamis (21/04/22)..
Sebagai daerah perlintasan jalur mudik, lanjut Kapolres, Kota Bekasi juga akan melaksanakan kegiatan pengamanan jalur mudik. Pengamanan ini akan melibatkan semua instansi seperti Kodim 0507/Bekasi, Ormas, Pramuka maupun Pemerintah Kota Bekasi.
“Semua bahu membahu termasuk dengan ulama dan ormas kita libatkan di pospam dan posyan nanti,” ujar KombesPol Hengki.
Dari beberapa titik tersebut akan disiapkan kerjasama dengan puskesmas yang ada, untuk melaksanakan vaksin bagi masyarakat yang akan mudik kemudian lewat di pospam dan posyan.
Terkait dengan rekayasa arus lalu lintas, Polres Metro Bekasi Kota akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait mengenai teknis pelaksanaan one way yang akan diberlakukan, terutama di ruas tol.
“Kita menunggu petunjuk dari Polda Metro Jaya khusus pemberlakuan one way, baik yang dari Sumatera melalui Cikampek, atau dari Jawa menuju Jakarta akan diatur oleh Ditlantas,” tutur KombesPol Hengki.
Sekedar diketahui, pada arus mudik nanti, Korlantas Polri juga akan memberlakukan One Way di tol Cikampek hingga ratusan kilometer ke luar daerah.
Pemberlakukan One Way akan di mulai pada Kamis 28 April 2022 pukul 17.00 WIB sampai dengan puk 00.00 WIB pada KM 47 ruas Tol Jakarta Cikampek sampai dengan KM 414 ruas Tol Kali Kangkung.
Pada hari berikutnya yaitu tanggal 29 April, One Way akan diberlakukan sejak pagi hari yaitu pukul 07.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB. (Muhairo)
____
Renungan
MARI BERSUNGGUH-SUNGGUH QIYAMULLAIL
Diantara sebab yang bisa mendatangkan kecintaan kepada Allâh Azza wa Jalla yaitu menyendiri diwaktu Allâh Azza wa Jalla turun ke langit dunia untuk bermunajat kepada-Nya, membaca firman-firman-Nya, menghadirkan hati dan beradab dengan adab seorang hamba dihadapan Allâh Azza wa Jalla kemudian diakhiri dengan istighfar dan taubat.
Ini termasuk sebab atau faktor yang paling kuat dalam menghadirkan cinta kepada Allâh Azza wa Jalla karena ini termasuk indikator terkuat yang menunjukkan penghambaan diri kepada Allâh Azza wa Jalla Allâh Azza wa Jalla memuji orang-orang yang melaksanakan shalat malam dalam firman-Nya:
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. [As-Sajadah/32:16]
Ayat ini bersifat umum mencakup semua ibadah dan doa yang dilaksanakan pada malam hari, akan tetapi Nabi n mengkhususkannya dengan shalat yang dilakukan oleh seseorang di tengah malam. Karena shalat malam (tahajjud) termasuk shalat sunnah terbaik (paling afdhal), sebagaimana disabdakan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَفْضَلُ الصَلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Shalat terbaik setelah shalat fardhu adalah shalat malam (tahajjud)[1].
Saat menjelaskan cara-cara meraih cinta Allâh Azza wa Jalla, Syaikh Abdurrazaq hafizhahullah[2] menyebutkan bahwa melaksanakan shalat malam termasuk diantara cara-cara itu. Beliau mengatakan, “Berusaha sungguh-sungguh untuk melakukan ibadah (shalat malam) pada waktu sepertiga malam yang terakhir, meskipun hanya sebentar. Karena ini memiliki pengaruh atau keutamaan yang sangat besar.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
Rabb kita (Allâh Azza wa Jalla ) turun ke langit dunia detiap malam, ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir, lalu Dia berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkannya; Siapa yang memohon kepada-Ku maka Aku akan penuhi permohonannya; Dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya“-selesai penjelasan syaikh Abdurrazaq hafizhahullah
Tidak diragukan lagi, orang-orang yang bersungguh-sungguh melakukan qiyamul lail termasuk orang-orang yang berhak mendapatkan cinta Allâh Azza wa Jalla . Karena berdirinya mereka dihadapan Allâh Azza wa Jalla di malam hari saat orang yang lain masih tidur lelap mengandung beberapa faktor yang bisa menghadirkan cinta Allâh Azza wa Jalla , diantaranya :
Mereka berkesempatan membaca al-Qur’an dengan khusyu’ sambil merenunginya
Mereka menjauhi tempat tidur dalam rangka dzikrullah di malam sementara dzikrullah di malam hari lebih baik daripada di siang hari
Mereka berdiri untuk melaksanakan ibadah sunnah terbaik
Perbuatan mereka menjauhi tempat tidur menjadi bukti nyata yang menunjukkan bahwa mereka lebih mengutamakan kecintaan kepada Allâh Azza wa Jalla daripada kecintaan kepada diri mereka sendiri.
Mereka tidak melakukannya kecuali karena hati mereka luluh kepada-Nya
Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika mereka mendapatkan kecintaan kepada Allâh Azza wa Jalla .
Qiyamul lail, atau shalat yang dilakukan setelah bangun dari tidur atau dilakukan pada waktu terbaik yaitu pada sepertiga malam terakhir, memiliki keutamaan yang sangat banyak. Diantara yang menunjukkan keutamaannya adalah pujian dari Allâh di atas dan juga perhatian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengerjakannya sampai pernah kaki Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bengkak. Shalat ini juga menjadi penyebab masuk surga, sebagaimana dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan masih banyak lagi keutamaan qiyâmullail. Semoga ini bisa memotivasi kita untuk melaksanakannya.
AGAR MUDAH MENGERJAKAN QIYAMUL LAIL
Penulis kitab qiyâmullail menyebutkan beberapa sebab yang bisa membantu seseorang dalam menunaikan shalat malam ini. Beliau menyebutkan:
Mengetahui berbagai keutamaan qiyâmullail dan mengetahui kedudukan orang yang melakukannya di sisi Allâh Azza wa Jalla .
Menyadari tipu daya dan upaya syaitan untuk menghalangi kaum Muslimin dari qiyâmullail.
Disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud z , beliau mengatakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberitahu tentang seseorang yang tidur sampai pagi, (mendengar ini) Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنَيْهِ أَوْ قَالَ فِي أُذُنِهِ
Orang itu dikencingi syaitan pada kedua telinganya atau pada telinganya[3]
Dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahhu anhu, disebutkan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
Syaitan mengikatkan tiga ikatan pada tengkuk salah seorang diantara kalian ketika dia sedang tidur. Pada setiap ikatannya, syaitan membisikkan, ‘Malammu masih panjang, tidurlah!’
Jika orang yang tidur itu bangun lalu berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla , maka terbuka satu ikatan. Jika setelah itu dia berwudhu’, maka terbuka satu ikatan (lagi) dan jika dia melaksanakan ibadah shalat, maka terbukalah semua ikatan itu, sehingga dia memasuki waktu pagi dengan penuh semangat dan dengan jiwa yang baik. Jika tidak demikian, maka dia akan memasuki waktu paginya dengan jiwa yang buruk lagi malas.[4]
Tidak panjang angan-angan dan sering mengingat kematian
Menghindari perbuatan dosa dan maksiat
Segera tidur atau tidak begadang agar memiliki kemampuan untuk melakukan qiyâmullail
Berantusias untuk mempraktekkan adab-adab tidur, seperti bersuci sebelum tidur, membaca dzikir-dzikir dan doa sebelum tidur. Jika ini dilaksanakan dengan baik, maka ia akan tertolong untuk qiyâmullail.
Disamping perhatian dengan sebab-sebab yang bersifat maknawi (abstrak) di atas juga tidak mengabaikan sebab-sebab yang bersifat hissiyah (yang bisa dilihat), seperti tidak terlalu banyak makan, tidak terlalu melelahkan diri dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak berguna, tidak meninggalkan qailulah (istirahat ditengah hari, baik dengan tidur maupun tidak, baik dilakukan sebelum shalat Zhuhur atau setelahnya-red)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XXI/1439H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] HR. Muslim, no. 1163
[2] Dalam acara tabligh akbar di Masjid Istiqlal Jakarta, pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1433 H bertepatan dengan tanggal 19 Februari 2012
[3] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[4] HR. Al-Bukhari dan Muslim