mascipoldotcom – Kamis, 10 Pebruari 2022 (9 Rajab 1443 H)
PENAJAM – Jiwa disiplin sangat perlu ditanamkan sejak dini, mengingat zaman sekarang banyak anak-anak sekolah lebih mementingkan bermain game di Handphone. Oleh sebab itu Serda Heri Babinsa Kelurahan Tanjung Tengah Koramil 0913-01/Penajam Kodim 0913/PPU memberikan materi Peraturan Baris Berbaris (PBB) kepada siswa-siswi SDN 018 Penajam yang terletak di Jln. Sawo Punggawa Kelurahan Tanjung Tengah Kecamatan Penajam Kabupaten PPU Kaltim, Kamis (10/2/2022).
Sebelum proses belajar mengajar dilakukan, Babinsa Kelurahan Tanjung Tengah Serda Heri meminta izin terlebih dahulu kepada Imam selaku guru pendamping kelas V untuk mengajarkan PBB kepada siswa-siswi SDN 018 Penajam selaku generasi muda penerus bangsa.
Serda Heri Babinsa mengatakan, tujuan diberikan latihan Peraturan Baris Berbaris (PBB) sejak dini ini adalah untuk menanamkan jiwa disiplin dan taat kepada aturan serta membentuk karakter kepribadian siswa siswi sebagai generasi penerus bangsa.
”Latihan PBB juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa persatuan, rasa tanggung jawab dan bermanfaat untuk melatih daya konsentrasi tiap murid tentang solidaritas sesama tim,” ujar Babinsa.
Pelatihan PBB diawali dengan memberikan teori kemudian dilanjutkan dengan materi praktek, agar tertanam betul di benak siswa-siswi tersebut tentang kedisiplinan.
Para siswa siswi kelas V SDN 018 Penajam terlihat antusiasme dengan pelatihan yang diberikan oleh Babinsa. Saat pemberian teori mereka memperhatikan dengan seksama apa yang dijelaskan oleh Babinsa dan juga pada saat praktek mereka pun terlihat senang dan bersemangat mengikuti gerakan yang dilatihkan.
“Dalam pelatihan PBB tersebut di masa pandemi Covid -19, tetap menerapkan protokol kesehatan untuk menghindari penyebaran Covid -19 khususnya di lingkungan sekolah SDN 018 Penajam yaitu dengan tetap memakai masker,”, tutupnya. (Sumber Kodim 0913/PPU/Akhmad M)
____________
Renungan
Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Saya seorang wanita yang mempunyai anak laki-laki dan perempuan. Anak-anak perempuan bisa saya didik dengan baik karena selalu bersama saya. Tapi saya tidak mampu mendidik anak-anak lelaki yang sebagian sudah dewasa, ayah mereka waktunya habis untuk bekerja seharian. Bila saya minta untuk berperan serta dalam mendidik, dia tidak mempedulikan ucapan saya. Apakah saya salah dalam hal ini ? Saya mohon Syaikh menganjurkan para orang tua untuk memperhatikan anak-anak mereka dan tidak hanya menghabiskan waktu dengan pekerjaan.
Jawaban.
Kami berterima kasih kepada ibu yang telah mendidik putri-putrinya, sekaligus berusaha memperbaiki putra-putranya. Kami berharap ayah mereka memperhatikan dan selalu berusaha (untuk mendidik mereka) demi kebaikan anak-anak dan membimbing mereka agar menjadi anak shalih. Karena hal itu lebih baik bagi dirinya di dunia dan akhirat, dalam kehidupan sekarang maupun setelah ajal menjemputnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu“. [At-Tahrim/66 : 6]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إذَا مَاتَ اِبْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثِ : صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ مَنْ بَعْدَهُ، أَوْوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْلَهُ
“Ketika anak Adam meninggal, terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara : Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat bagi orang sesudahnya dan anak shalih yang mendo’akannya“.
Jika seorang ayah sibuk mendidik anak-anaknya sesuai yang diperintahkan Allah dan RasulNya, maka ia berada di atas jalan kebaikan yang besar. Anak-anak mendo’akannya di masa ayahnya masih hidup dan setelah kematiannya. Jika terjadi sebaliknya, mengenyampingkan tanggung jawab pendidikan anak-anak, maka dia berdosa dan anak-anak akan menjadi malapetaka bagi dirinya.
Kami berharap ayah mereka bisa memperhatikan anak-anaknya seperti halnya perhatiannya kepada kekayaan. Bahkan harus lebih dari itu, karena harta materi akan lenyap, sementara anak merupakan bagian manusia yang tidak terpisahkan. Mereka aorang-orang yang akan memberi manfaat kepada orang tua ketika masih hiudp dan setelah mati.
(Fatawa Manarul Islam 3/789)
[Disalin dari kitab Fatawa Ath-thiflul Muslim, edisi Indonesia 150 Fatwa Seputar Anak Muslim, Penyusun Yahya bin Sa’id Alu Syalwan, Penerjemah Ashim, Penerbit Griya Ilmu – Jakarta, Cetakan Pertama Agustus 2004M]